|
|
|
|
DEKAT TAPI JAUH,
JAUH TAPI DEKAT
(Telaah terhadap Aplikasi Pendekatan Manajemen
di Berbagai Organisasi)
Mata
Kuliah : BUDAYA
ORGANISASI
Dosen
: Dr.
H. AGUS ALWAFIER BY, MM
Oleh :
D
I N O
T O
NIM : 12008019
PROGRAM PASCA SARJANA
KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI “CIREBON”
CIREBON
2009
|
|
|
|
|
“Dalam budayanya,
suatu organisasi selalu melampaui komunitas.”
(Peter
F. Drucker)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah subhana wa ta’ala, karena hanya berkat
rahmat dan karunia-Nya sajalah penulis dapat neyelesaikan amanah yang
dipercayakan tepat pada waktunya.
Karya tulis berjudul “Dekat Tapi
Jauh, Jauh Tapi Dekat, Telaah terhadap Aplikasi Pendekatan Manajemen di
Berbagai Organisasi” ini merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Budaya
Organisasi dibawah asuhan Bapak Dr. H. Agus Alwafier By, MM. Oleh karena itu Penulis pun tidak lupa
menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada beliau.
Kepada rekan-rekan Angkatan Pertama
dan para pengelola Program Pasca
Sarjana STIE Cirebon, tidak lupa disampaikan salam hangat atas segala suasana
ruang kuliah yang tidak pernah dingin namun juga tidak pernah kelewat panas
alias selalu hangat-hangat saja.
Peluk cium tentu hanya untuk isteri
tercinta dan anak-anak yang selalu mengerti akan adanya kesibukan baru yang
banyak menyita waktu.
Indramayu,
6 Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
|
||||||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
Halaman
|
||||||||||||||||
KATA PENGANTAR
|
.........................................................................
|
i
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||
DAFTAR ISI
|
..........................................................................................
|
ii
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
............................................................
|
1
|
|||||||||||||||
|
1.1.
|
Latar Belakang
|
.........................................................
|
1
|
||||||||||||||
|
1.2.
|
Masalah
|
..................................................................
|
1
|
||||||||||||||
|
1.3.
|
Tujuan Penulisan
|
.....................................................
|
2
|
||||||||||||||
|
1.4.
|
Sistematika Penulisan
|
...............................................
|
2
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
BAB II
|
MATERI DANMETODE
|
..................................................
|
4
|
|||||||||||||||
|
2.1.
|
Materi
|
.......................................................................
|
4
|
||||||||||||||
|
2.2.
|
Metode
|
....................................................................
|
4
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||
BAB III
|
PEMBAHASAN
|
..................................................................
|
5
|
|||||||||||||||
|
3.1.
|
Budaya Organisasi
|
..................................................
|
7
|
||||||||||||||
|
3.2.
|
Dekat Tapi Jauh
|
........................................................
|
13
|
||||||||||||||
|
3.3.
|
Pendekatan Proses
|
..................................................
|
14
|
||||||||||||||
|
3.4.
|
Pendekatan Perilaku
|
...............................................
|
19
|
||||||||||||||
|
3.5.
|
Penekatan Kuantitatif
|
...............................................
|
21
|
||||||||||||||
|
3.6.
|
Pendekatan Sistem
|
..................................................
|
26
|
||||||||||||||
|
3.7.
|
Pendekatan Contigency
|
............................................
|
30
|
||||||||||||||
|
3.8.
|
Jauh Tapi Dekat
|
........................................................
|
34
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||
BAB IV
|
PENUTUP
|
.....................................................................
|
35
|
|||||||||||||||
|
4.1.
|
Kesimpulan
|
..............................................................
|
35
|
||||||||||||||
|
4.2.
|
Saran
|
.......................................................................
|
35
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||
DAFTAR PUSTAKA
|
..........................................................................
|
36
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Sebagai
bagian dari sebuah ilmu, manajemen berkembang seiring melajunya zaman yang
makin mengambang. Sementara itu sebagai
bagian dari ilmu sosial, maka manajemen pun melebar seakan tanpa batas yang
jelas satu dengan yang lainnya.
Seiring
dengan perkembangan teknologi informasi yang tak dapat dibendung, sesungguhnya Ilmu
Manajemen pun berkembang semakin variatif.
Namun demikian, dari sisi pendekatan manajemen maka teori manajemen yang
sudah lama dipakai ternyata masih sangat
relevan dengan perkembangan zaman, yaitu :
a.
Pendekatan proses
b.
Pendekatan perilaku
c.
Pendekatan kuantitatif
d.
Pendekatan sistem
e.
Pendekatan contigency
1.2.
Masalah
Suatu
hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa sebagai salah satu ilmu sosial
maka Ilmu Manejemen tidak mengenal batas yang jelas antara satu dengan
lainnya. Dalam aplikasi, sering batas
satu dengan yang lain semakin menjadi bias.
Oleh
karena itu, kelima pendekatan manajemen tersebut di atas pun pada penerapannya
tidak mengenal batas satu dengan yang lain.
Ketika seseorang menganggap salah satu pendekatan diterapkan di suatu
organisasi maka tidak menutup kemungkinan pendapat lain yang berbeda
dikemukakan oleh yang lain. Bahkan tidak
sedikit berbagai pendekatan justeru sesungguhnya diterapkan secara bersamaan di
suatu organisasi yang sama.
Oleh
karena itu, dalam aplikasi di organisasi maka penerapan pendekatan manajemen
menjadi sering tidak jelas batasannya, Dekat Tapi Jauh atau bisa juga Jauh Tapi
Dekat Jauh Tapi Dekat.
.
1.3.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan Karya Tulis ini adalah untuk mencoba menggolongkan penerapan kelima
pendekatan manajemen yang dilakukan di berbagai organisasi baik di dalam maupun
luar negeri.
.
1.4.
Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan makalah ini sedapat mungkin mendekati format ilmiah, yaitu :
1.
Kata Pengantar menjelaskan dasar dan beberapa hantaran
kata yang berkaitan erat dengan penulisan karya tulis ini.
2.
Bab I Pendahuluan mengemukakan tentang latar belakang,
masalah dan tujuan penulisan dikaitkan dengan judul yang dipilih, serta
sistematika penulisan karya tulis itu sendiri.
3.
Bab II Materi dan Metode menjelaskan tentang materi
yang menjadi bahasan dan metode penulisannya.
4.
Bab III Pembahasan menguraikan tentang 5 (lima)
perbandingan pendekatan manajemen menurut berbagai sumber pustaka lain serta
menurut pandangan Penulis sendiri.
5.
Bab IV Penutup merupakan kesimpulan dari uraian
sebelumnya saran untuk perbaikan selanjutnya.
6.
Daftar Pustaka memaparkan sumber tulisan yang dikutip
pada penulisan makalah tulis ini.
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1.Materi
Bahan
acuan dalam menelaah berbagai aplikasi pendekatan manajemen pada Karya Tulis
ini adalah Bahan Kuliah Budaya
Organisasi yang ditulis
Dr. H. Agus Alwafier By, MM pada Bab “Pemahaman dan Strategi Pengembangan
Organisasi”. Sementara pembandingnya
adalah berbagai buku tentang yang berkaitan dengan Budaya Organisasi khususnya
dan Ilmu Manajemen pada umumnya sebagaimana tertera pada Daftar Pustaka.
2.2.Metode
Kerangka
pikir dari buku utama tentang Pendekatan Manajemen diuraikan secara sistematis,
kemudian pendapat-pendapat dari berbagai sumber
pustaka dipaduserasikankan sebagai pendapat yang lain, juga pendapat
Penulis sendiri. Setelah itu dibuat dalam
rangkuman kesimpulan dan diajukan beberapa saran untuk perbaikan.
BAB III
PEMBAHASAN
Teori organisisasi seperti
halnya berbagai teori keilmuan lainnya berkembang tanpa batas. Hal ini menjadi pemicu munculnya berbagai
pendekatan manajemen yang berbeda dalam satu organisasi dengan yang lainnya.
Perbedaan
diantara berbagai pendekatan manajemen sangat dipengaruhi oleh visi atau goal
atau tujuan akhir dari organisasi itu dibuat.
Selain itu, aktivitas atau proses kegiatan yang berlangsung juga
menentukan. Lebih-lebih faktor manusia
yang menjadi motor organisasi menjadi kartu truf pendekatan manajemen yang
dipilh setiap oraganisasi.
Pendekatan
manajemen yang ditempuh dan dijalankan secara terus menerus pada akhirnya akan
menjadi budaya dalam organisasi itu sendiri.
Berbagai perusahaan yang saat ini menguasai dunia ternyata menjadikan
pendekatan yang dilakukan oleh para pendirinya sebagai budaya organisasi yang
khas. Demikian juga dalam manajemen
pemerintahan, pengaruh the founding father sangat melekat pengaruhnya.
Budaya
sering menjadi candu yang memabukkan sehingga manusia yang terlibat di dalamnya
dapat melupakan akal sehat sekalipun. Lupa
daratan, seakan menjadi yang terbaik, paling benar dan berbagai anggapan
egoisme lainnya. Tidak ada manusia yang
pantas untuk bersanding di dunia kecuali yang tergabung dalam kelompoknya.
IBM
adalah salah satu contoh perusahaan tua yang sempat terseret dalam kebangkrutan
ketika keseluruhan manusia yang terlibat dalam organisasi ini mabuk
keberhasilan. Trah dan ketentuan
pendiri, Mr. Watson Sr. menjadi pedoman utama yang harus dijalankan secara
kaku, tidak pernah ada pekerja tingkat menajemen dari luar masuk kecuali orang
dalam yang meniti karir dari bawah.
Ketika kebangkrutan semakin dekat mereka baru sadar bahwa menilai diri
sendiri ternyata jauh lebih sulit dibandingkan melihat dunia luar yang sangat
jelas terbuka.
Keputusan
mengangkat Gastner sebagai CEO adalah tindakan yang sama sekali melanggar
budaya organisasi yang sudah ratusan tahun dijalankan. Tetapi ternyata manusia dari luar inilah yang
akhirnya berhasil membawa kembali IBM ke dalam kancah bisnis yang
menggiurkan. Revolusi Gastener bukan
tanpa tantangan, tetapi dijalani dengan penuh kesabaran dan kekonsekuenan
secara terus menerus sampai akhirnya para penganut budaya kaku menyadari
perlunya perubahan dalam menghadapi dunia yang ternyata jauh lebih cepat
berubah.
Dalam
organisasi pemerintahan di Republik Indonesia juga ternyata peranan dari para
pendiri sangat melekat yang pada akhirnya menjadi budaya tersendiri. Pengaruh Bung Karno dalam pemerintahan sangat
kental dan hampir tidak ada yang menyangka pada akhirnya harus tergeser. Sebagai perevolusi maka Soeharto pun harus
menumpas habis berbagai warisan Bung Karno yang melekat. Tidak sedikit korban baik nyawa maupun harta
dalam pengikisan budaya Orde Lama.
Setelah
lebih dari tiga dasa warsa Pak Harto berkuasa dengan kebudayaan yang diberi nama
Orde Baru. Hampir tidak ada celah untuk
melakukan perubahan sampai akhirnya perubahan sendirilah yang merubah perubahan
yang pernah dilakukan beliau. Reformasi
merubah budaya yang sudah lama bercokol tetapi ketidak sabaran dan
ketidak-konsekuenan para perintisnya menjadikan reformasi tanpa arah, atau
bahkan kebablasan.
Jalannya
birokrasi pemerintahan sangat dipengaruhi oleh berbagai perubahan
tersebut. Berbagai aturan baku yang
semula menjadi pedoman utama dikikis habis begitu penguasa baru bercokol. Budaya organisasi pun bergeser tanpa arah
yang pasti, sehingga penggantian pejabat setingkat menteri saja bisa mengubah
segalanya. Padahal yang dilakukan tidak
berjalan lama karena harus diganti dengan pejabat baru yang juga membawa ide
untuk membuat aturan baru.
3.1.
Budaya
Organisasi
Sebelum jauh melangkah maka
alangkah baiknya apabila kembali dulu ke pokok permasalahan, budaya
organisasi. Berbagai pengertian tentang
budaya dan organisasi serta budaya organisasi telah banyak dikemukakan para ahli,
beberapa diantaranya dikutip pada tulisan ini.
Pengertian
tentang budaya sudah menarik perhatian para ahli sejak pertengahan abad
XX. Bahkan salah satu diantaranya
Kroeber dan Kluckhohn (1952) menemukan 164 macam definisi tentang budaya (Tika,
2008).
Dalam
buku yang sama dijelaskan bahwa beberapa ahli menguraikan pengertian tentang
budaya lebih gamblang, diantaranya :
- Edward Burnett yang menyatakan bahwa budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat.
- Robert G. Owen mengartikan budaya sebagai suatu sistem pembagian nilai dan kepercayaan yang berinteraksi dengan orang dalam suatu organisasi, struktur organisasi, dan sistem kontrol yang menghasilkan norma perilaku.
- Edgar H. Schein mendefinisikan budaya sebagai suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa budaya mengandung dari
unsur-unsur :
- Ilmu pengetahuan
- Kepercayaan
- Seni
- Moral
- Hukum
- Adat istiadat
- Perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat
- Asumsi-asumsi dasar
- Sistem nilai
- Pembelajaran/pewarisan
- Masalah adaptasi eksternal dan intergrasi internal serta cara mengatasinya.
Sementara
itu, pengertian tentang organisasi juga tidak kalah banyaknya. Beberapa diantaranya dikemukakan para ahli
organisasi sebagai berikut :
- J. R. Schermerhorn menyatakan bahwa organisasi adalah kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
- Chester J. Bernard mendefinisikan organisasi sebagai kerjasama dua orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang dikoordinasikan secara sadar.
- Philip Selznick mengartikan organisasi sebagai pengaturan personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan melalui alokasi fungsi dan tanggungjawab.
Berdasarkan
ketiga pengertian organisasi di atas maka dapat diketahui bahwa organisasi
tediri dari unsur-unsur :
- Kumpulan dua orang atau lebih
- Kerjasama
- Tujuan bersama
- Sistem koordinasi kegiatan
- Pembagian tugas dan tanggungjawab personil
Paduan
antara budaya dan organisasi yang dikenal sebagai budaya organisasi dijelaskan
oleh beberapa ahli sebagai berikut :
- Peter F. Drucker mengartikan budaya organisasi sebagai pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, merasakan terhadap masalah-masalah terkait seperti di atas.
- Phiti Sithi Amnuai menggambarkan budaya organisasi sebagai seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.
Kedua
pendapat para ahli itu menyuratkan secara gamblang bahwa dalam budaya
organisasi terdapat beberapa unsur penting, yaitu :
- Asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berperilaku.
- Keyakinan yang dianut dan dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang dapat berbentuk slogan atau motto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi, filosofi usaha atau prinsi-prinsip menjelaskan usaha.
- Pemimpin atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya organisasi.
- Pedoman mengatasi masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Keduanya dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi.
- Berbagi nilai terhadap apa yang paling diinginkan atau apa saja yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.
- Pewarisan asumsi dasar dan keyakinan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku.
- Penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan dan norma yang berlaku dalam organisasi serta adaptasi arganisasi terhadap perubahan lingkungan.
Sementara
Djatmiko (2004) menjelaskan bahwa budaya organisasi tampil dalam 10 (sepuluh)
karakteristik :
- Inisisatif perseorangan, tampil dalam bentuk tingkatan tanggungjawab, kebebasan dan ketidakterikatan yang dimiliki seseorang.
- Toleransi atas resiko, tampil dalam bentuk peluang dan dorongan terhadap personil untuk bersikap agresif, inovatif dan berarti mengambil resiko.
- Pengarahan, yaitu tingkat kemampuan organisasi dalam menciptakan sasaran dan performance yang diharapkan secara jelas.
- Integrasi, yaitu tingkatan keadaan yang menunjukkan bahwa unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja secara koordinat.
- Dukungan manajemen, yaitu tingkat dukungan yang jelas dari para manajer terhadap bawahannya dalam hal komunikasi, bimbingan dan dukungan.
- Pengendalian, yaitu sejumlah ketentuan, aturan dan sejumlah supervisi langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku para pegawai.
- Bukti diri, ialah tanda keanggotaan suatu organisasi yang lebih menunjukkan keterikatan pada suatu organisasi secara keseluruhan, bukan pada suatu unit atau profesi tertentu.
- Sistem imbalan, ialah tingkat alokasi imbalan (salaris, promosi) berdasarkan kriteria kinerja personil sebagai lawan dari berdasarkan kriteria seniority, favouritism dan sebagainya.
- Toleransi konflik, yaitu tingkat keterbukaan bagi pegawai untuk menghembuskan konflik dan kritik.
- Pola komunikasi, yaitu tingkatan jaringan komunikasi organisasi terhadap hirarki otoritas formal.
Salah
satu aplikasi dari budaya organisasi adalah budaya yang diterapkan pada
berbagai perusahaan atau lebih dikenal sebagai budaya perusahaan. Pembentukan budaya perusahaan ternyata ada
kaitan erat dengan manajemen yang diterapkan.
Oleh karena itu, pendekatan manajemen merupakan unsur penting yang
menjadi cikal-bakal terbentuknya suatu budaya organisasi.
Pada
tulisan ini diuraikan 5 (lima) pendekatan manajemen yang selama ini dikenal,
yaitu pendekatan proses, pendekatan perilaku, pendekatan kuantitatif,
pendekatan sistem dan pendekatan contigency dalam aplikasinya di berbagai
organisasi.
3.2.
Dekat Tapi
Jauh
Untuk
memudahkan pengertian maka para ahli sering memilah-milah suatu ilmu yang
sesungguhnya hanya satu menjadi bagian-bagian kecil yang mudah dipahami. Dalam hal pendekatan manajemen saja misalnya,
bagian kecil dari ilmu manajemen ini dipilah lagi sedemikian rupa.
Upaya penyempitan pengertian
yang dilakukan para ahli manajemen sering memerangkapkan diri mereka sehingga
sesuatu yang sesungguhnya sangat dekat diupayakan pemisahannya, menjadi jauh
satu dengan yang lain. Demikian halnya
dengan upaya pendekatan manajemen yang dilakukan untuk pengambian keputusan,
segelontor pendekatan dipisah satu dengan yang lain dengan harapan menjadi
jelaslah jalan yang harus ditempuh ketika sebuah keputusan manajemen diambil.
Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa sebagai bagian dari ilmu sosial ke-lima cara pendekatan manajemen ini pun
sering tidak jelas batas-batasnya satu dengan yang lain. Oleh karena itu berbagai kerancuan sering
terjadi, ketika satu orang berpendapat bahwa yang dilakukan sebuah organisasi
adalah pendekatan proses misalnya, maka bukan tidak mungkin para ahli yang lain
tidak menyetujuinya karena cenderung ke pendekatan manajemen kuantitatif dengan
berbagai data dan analisis fakta pendukungnya. Pertentangan
satu dengan yang lain ini sering menjadi tidak jelas dan lenyap dengan
sendirinya.
Namun
demikian, sebagai makhluk yang tidak pernah puas, para ahli terus berusaha
dengan berbagai cara agar ketidakjelasan menjadi jelas dengan cara memisahkan
satu pendekatan manajemen dengan yang lain.
Berdasarkan berbagai data dan fakta, banyak asumsi dan berbagai anggapan
dijadikan senjata untuk menjauhkan satu dengan lainnya.
Dekat
tetapi jauh !!!
3.3.
Pendekatan
Proses
Dalam ilmu
manajemen yang berkembang saat ini, pendekatan proses disebut juga sebagai
pendekatan klasik, pendekatan fungsional, pendekatan operasional, pendekatan
universal atau bahkan pendekatan tradisional.
Keklasikannya inilah yang menyebabkan manajemen proses relatif paling
luas penerapannya.
Konsep dasar
pendekatan proses pada dasarnya adalah teori manajemen yang sudah lama
dicetuskan dan sampai sekarang tidak jauh bergeser. Misalnya pendapat Henry Fayol yang menyatakan
terdapat lima fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian
perintah, koordinasi dan pengawasan.
Pendapat
beberapa ahli lain juga sebenarnya secara prinsip tidak jauh berbeda satu
dengan yang lain, perbedaanya terletak pada penekanan dan perincian saja. Sebagai contoh Luther Gullick menguraikan
fungsi manajemen sebagai POSDCORB, yang merupakan kependekan dari Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (penyusunan staf), Directing (pengarahan), Coordinating (pengkoordinasian), Reporting (pelaporan) dan Budgetting (penganggaran).
Organisasi
pemerintahan maupun bisnis banyak yang menerapkan pendekatan ini untuk mencapai
budaya organisasi yang dikehendakinya.
Sebut saja misalnya Pemeriintah Kabupaten Indramayu adalah salah satu
organisasi yang menerapkan pendekatan proses.
Demikian juga pemerintahan di Indonesia khususnya dan dunia pada umunya
menerapkan pendekatan ini.
Berbagai
kegiatan baik dalam personal, interpersonal maupun operasional di Pemerintah
Kabupaten Indramayu direncanakan sedemikian rupa mengacu kepada peraturan dan
perundangan yang berlaku. Bupati yang
sekarang memimpin diwajibkan menyusun visi dan misi ketika dalam proses
pencalonan menuju kursi penguasa tertinggi di daerah ini.
Visi dan Misi
yang telah disusun kemudian dikemukakan sebagai janji kepada masyarakat dan
menjadi catatan hutang para birokrat yang nantinya akan menjadi tenaga pembantu
Bupati dalam menjalankan tugasnya. Tidak mengherankan jika ketika Bupati dilantik
maka berjejer para penagih janji.
Terlepas dari berapa pun nilainya, sesuai atau tidak dengan proposal
sebelumnya.
Dengan
didukung oleh pengalaman dan kelengkapan data yang memadai maka Visi dan Misi
tersebut digodog lebih lanjut menjadi sebuah Rencana Strategis yang berlaku
lima tahun selama menjabat kedua posisi penting tersebut. Rencana strategis pun dijabarkan program
pelaksanaannya dalam rencana tahunan.
Kemudian berbagai perencanaan lebih detail disusun masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Sebagai bagian
dari pemerintahan yang menjalankan konsep bottom-up maka usulan instansi
terkait ditampung dan diproses lebih lanjut dengan koordinator Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Sebagai
pelaksana perencanaan yang disusun telah tersedia berbagai organisasi yang
pembentukannya tergantung kepada kebutuhan Pemerintah Kabupaten. Dalam rangka menjalankan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741) dibentuk seperangkat organisasi birokrasi.
Sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7 Tahun 2008 tentang Sekretariat
Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Indramayu, maka dibentuklah seperangkat
organisasi dari Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD. Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekkretaris
Daerah yang membawahi 3 (tiga) pejabat eselon II, 11 pejabat eselon III dan 33
pejabat eselon IV serta para staf pelaksana.
Sedangkan Sekretaris DPRD merupakan pemimpin Sekretariat DPRD, membawahi
3 (tiga) pejabat eselon III dan 8 (delapan) pejabat eselon IV serta staf pelaksana.
Peraturan
Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 8 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Kabupaten
Indramayu membagi pelaksana teknis pemerintahan di Kabupaten Indramayu terdiri
dari 15 (lima belas) Dinas, yaitu Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas
Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika, Dinas Bina Marga, Dinas Cipta Karya, Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air, Pertambanagan dan Energi, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Koperasi,
UKM, Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata, Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah, Dinas
kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Kehutanan dan Perkebunana, Dinas
Pertanian dan Peternakan serta Dinas Perikanan dan Kelautan.
Dinas dipimpin
oleh Kepala Dinas (eselon II) yang membawahi antara 3 – 5 pejabat eselon III
dan 7 – 15 pejabat eselon IV serta para staf pelaksana. Gemuk dan kurusnya organisasi tergantung
kepada potensi dan kebutuhan daerah.
Namun tidak menutup kemungkinan kalau penyusunan struktur organisasi ini
diwarnai oleh berbagai kepentingan baik individu maupun kelompok dengan
memanfaatkan kualitas DPRD yang relatif rendah.
Sementara itu
Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis
Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja mengatur dibentuknya berbagai lembaga
seperti : Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian
Daerah, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Badan Penanaman Modal dan
Perizinan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Pertanian, Kantor Arsip dan Perpustakaan, Kantor Lingkungan Hidup,
Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu, Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M. A. Sentot
Patrol dan Satuan Polisi Pamong Praja.
Kepala Badan
adalah pejabat eselon II yang membawahi 3 – 5 pejabat eselon III dan 7 – 15
eselon IV serta pelaksana. Sedangkan
kepala Kantor dan Satuan Polisi Pamong Praja adalah pejabat eselon III yang
membawahi 3 pejabat eselon IV dan para pelaksana yang membantunya.
Peraturan
Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 10 Tahun 2008 tentang Kecamatan dan Kelurahan
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Indramayu, mengatur tentang terbetuknya
struktur organisasi di 31 kecamatan dan 8 Kelurahan.
Pimpinan
kecamatan disebut Camat (eselon III/a) yang membawahi Sekretaris (eselon
III/b), dan 7 pejabat eselon IV serta pelaksana. Sedangkan Kelurahan dipinpin Lurah (eselon IV/a)
yang membahi 4 pejabat eselon IV/b dan para pelaksana yang membantunya.
Dengan organisasi
yang tertata sdemikian rupa maka diharapkan berbagai perencanaan dapat dibuat
dan dilaksanakan dengan baik dan benar dengan tujuan yang sama, yaitu mencapai
Visi Kabupaten Indramayu, “Terwujudnya Masyarakat Indramayu yang Religius,
Maju, Mandiri dan Sejahtera” atau biasa disebut sebagai INDRAMAYU REMAJA.
Sementara itu
sebagai fungsi kontrol dari pelaksanaan berbagai program adalah Inspektorat
yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9 Tahun
2008 tentang Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Indramayu sebagaimana diuraikan di atas.
Inspektorat mempunyai tugas pokok melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah, peleksanaan
pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pelaksanaan urusan
Pemerintahan Desa. Sementara itu, fungsinya adalah sebagai berikut
:
d.
Perencanaan program pengawasan
e.
Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan
f.
Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas
pengawasan
g.
Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
h.
Pelaksanaan pengawasan teknis administratif
ketatausahaan
i.
Pelaksanaan kegiatan lain dalam rangka pengawasan
sesuai kebijakan Bupati.
Empat prinsip
pendekatan klasik yang penting sangat jelas dalam sturktur organisasi
Pemerintah Kabupaten Indramayu, sehingga akan terbentuk budaya organiasi yang
menunjukkan adanya :
a.
Kesatuan perintah
b.
Persamaam wewenang
c.
Rentang kendali yang terbatas
d.
Delegasi pekerjaan-pekerjaan rutin.
Tata
organisasi di atas dalam pelaksanaannya bukan saja menggunakan pendekatan
proses melulu tetapi juga berbagai pendekatan lain yang secara administratif
tidak tampak tetapi dari luar sangat kelihatan dominasinya. Dalam proses pembentukan budaya organisasi
tersebut terdapat unsur pendekatan perilaku,
banyak pendekatan sistem dan pendekatan contigency juga mewarnai.
3.4.
Pendekatan
Perilaku
Para ahli
manajemen yang lain berpendapat bahwa sekalipun tatanan sudah tersususun
sedemikian rupa namun keberhasilan setiap organisasi dalam mencapai tujuannya
sangat ditentukan oleh yang manusia menjalankannya. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang
lebih memanusiakan manusia.
Sudut pandang
sosiologis dan psikologis merupakan faktor yang perlu diperhatikan karena
manusia adalah makhluk sosial, sehingga hubungan sosial harus menjadi titik
sentral. Perikehidupan manusia bukanlah
eksakta yang kebenarannya saklek dan tidak dapat diganggu gugat.
Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa pendekatan proses yang sudah sedemikian lama
bercokol ternyata tidak selalu menghasilkan efisiensi produksi. Keharmonisan kerja terabaikan karena manusia
dipandang sebagai “mesin kerja” yang harus menjalankan tatanan tanpa perlu
berinteraksi satu dengan yang lainnya, kecuali yang memang sudah digariskan
dalam aturan. Pengekangan ini bukan
hanya mematikan kreativitas tetapi juga menumbuhkan sifat pemberontak secara
bertahap.
Tidak
mengherankan apabila ketika revolusi industri telah mencapai kejenuhannya maka
diakhiri dengan penjungkirbalikan kesuksesan berbagai industri yang tetap memperlakukan
para pekerjanya sebagai mesin penghasil mata uang. Sementara itu, perusahaan lain yang
bermetamorfosa menjadi lebih memanusiakan manusia semakin tumbuh dan
berkembang.
Perilaku dan
moral manusia di dalam setiap organisasi ternyata sangat menentukan jalannya
organisasi dalam mencapai tujuannya. Hal
ini tentu masuk akal karena tata organisasi adalah benda mati kreasi manusia,
sementara manusia adalah ciptaan Tuhan.
Pembandingan penciptaan karya keduanya tentu bukanlah harus dilakukan
tetapi sekedar memberi gambaran bahwa perilaku dan moral jauh lebih tinggi
kedudukannya dibandingkan dengan karya manusia yang sering diterapkan secara
tidak manusiawi.
Beberapa
perusahaan modern yang menerapkan pendekatan perilaku sebagai faktor penentu
keberhasilannya, antara lain SIA (Singapore
Airlines) yang di kalangan tertentu dikenal sebagai Singapore’s Girl !
Perusahaan
penerbagan pecahan dari Malaysia Airlines yang dipimpin Dr. Cheong Choong Kong,
ini menerapkan pendekatan manajemen yang sangat manusiawi. Lapisan pekerja yang paling bawah pun dapat
mengambil satu tindakan jika terjadi pelanggaran terhadap core values yang ada.
Penghargaan yang sangat memanusiakan manusia di level manapun berada
merupakan faktor penentu sukses para karyawannya dalam mensukseskan tujuan
perusahaan.
Dengan
demikian setiap pekerja di Singapore
Airlines, mulai dari kalangan terbawah sampai yang tertinggi mempunyai hak
yang sama, mengontrol dan dikontrol atau saling mengontrol perilaku
masing-masing. Pendekatan yang sangat
manusiawi ini telah menumbuhkan keakraban tersediri diantara para karyawan dan
menghasilkan kinerja yang sangat tinggi di perusahaan penerbagangan tersebut.
3.5.
Pendekatan
Kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif dikenal juga sebagai management
science atau operations research. Pendekatan ini memandang manajemen dari
perspektif model matematis dan proses kuantitatif.
Menurut
pendekatan kuantitatif maka masalah manajemen dapat dirumuskan dan dijabarkan
dalam berbagai bentuk model matematis dan kemudian dianalisa serta dipecahkan
dengan menggunakan bebagai teknik dan metode kuantitatif untuk memperoleh hasil
optimum. Melalui pendekatanan masalah
manajemen dianalisa secara logis dan kemudian dikembangkan berbagai alternatif
pemecahannya.
Di saat segala
sesuatu harus dapat dipertanggungjawabkan secara logika dan matematis maka
pendekatan ini menjadi cocok diterapkan.
Namun demikian sebagai ilmu sosial ternyata tidak semuanya dapat
ditransfer secara tepat dalam rumusan matematis. Diperlukan berbagai percobaan dari penerapan
manajemen dalam waktu lama untuk menghasilkan suatu formula umum.
Beberapa
perusahaan multi-nasional telah menerapkan formula matematis dalam menetukan
keputusan bisnisnya. Misalnya, TOYOTA
selalu berdampingan dengan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPPM FE UI) sebelum meluncurkan produk
mobil barunya.
Berdasarkan
berbagai faktor internal maupun eksternal termasuk perkembangan ekonomi secara
global, LPPM FE UI memberikan advice untuk segera meluncurkan Toyota Soluna
dalam jumlah tertentu. Sedan murah ini
cukup menyedot perhatian masyarakat.
Harga murah yang umumnya identik dengan kualitas dan penampilan yang
kurang terpatahkan. Penjualan Soluna
tidak meleset dari ramalan, kalau tidak dikatakan sangat akurat.
Iklan tak
resmi dari konsumen ke konsumen membuat permintaan Soluna membludak. Bahkan untuk mengerem terjadinya bahaya yang
ditimbulkan akibat serudukan penjualan Soluna terhadap produk mobil lainnya
maka Toyota terpaksa harus menyetop penjualan mobil sedan tersebut kecuali
untuk angkutan umum seperti Taxi.
Sepertinya hal
tersebut pun sudah termasuk dalam perhitungan yang dilakukan para ahli
statistik dari lembaga tersebut.
Jauh-jauh hari pihak konsultan manajemen telah menyajikan presentase
hasil perhitungan para ahli statistiknya bahwa akan terjadi perbaikan kondisi
ekonomi di beberapa kalangan yang berbanding lurus dengan keinginan mereka
untuk memiliki kendaraan yang nyaman namun relatif tidak merogoh kocek baik
dari segi harga ataupun biaya operasionalnya.
Angka-angka
matematis yang dikemas dalam bahasa sosial serta tampilan rumit grafik dan
tabel eksakta disajikan dalam bentuk yang menarik menjadikan hasil analisis
statistik menjadi konsumsi ringan yang mudah dimengerti semua pihak. Tentu saja penyederhanaan bentuk penyajian
ini tidak mengurangi makna yang tertera di ribuan lembar kertas kerja analisis
mentahnya.
Kasus Soluna
di atas baru merupakan salah satu kerjasama yang dilakukan antara perusahaan
dengan lembaga manajemen yang menganalisis segala faktor internal maupun
eksternal dalam pengambilan keputusan.
Sungguh tidak
semua orang berpikir bahwa warna mobil yang dijual di suatu daerah berbeda satu
dengan yang lainnya. Toyota pun
mendekati LPPM FE UI untuk menganalisis kecenderungan permintaan masyarakat
awam yang ternyata lebih mengutamakan warna dari pada merek mobil atau pun
negara produsennya.
Tidak
mengherankan apabila penjualan mobil pribadi Toyota di Sumatera Barat misalnya
sangat dominan. Di jalanan seakan hanya
mobil Jepang yang satu ini saja yang dipakai masyarakat. Tentu diluar jangkauan pemikiran masyarakat
umum kalau ternyata bukan hanya merek mobil yang sama tetapi juga warnanya yang
hampir semua merah hati.
Di jalanan
Sumatera Barat memang hampir dapat dikatakan hanya terdapat dua warna
kendaraan, merah hati dan warna lainnya.
Kendaraan umum, mulai dari angkutan kota sampai taxi umumnya berwarna-warni. Sedangkan lebih dari 80 prosen mobil pribadi berwarna
merah hati.
Masyarakat
cenderung memilih warna merah hati tidak terlepas dari falsafah hidup orang
Minangkabau yang diaktualisaikan dalam pagar rumah gadangnya yang berwarna
merah hati. Ketidakberanian mereka
memakai warna selain merah hati cukup beralasan, takut dianggap mobil umum.
Ketajaman
Toyota dalam mengakses fanatisme primordial di Ranah Minang pun tidak lepas
dari hasil analisa kuantitatif konsultan manajemen sebelum keputusan diambil.
Di bidang
perbankan, manajemen Bank Rakyat Indonesia merasa perlu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman dalam melaksanakan pelayanan kepada nasabahnya. Direktur utamanya saat itu, Dr. Djokosantoso
Moeljono melakukan penelitian tentang Budaya Korporat yang dapat meningkatkan
kinerja staf dan memuaskan pelayanan.
Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa keberhasilan suatu korporat dalam mencapai
tujuannya ternyata tidak lagi hanya ditentukan oleh keberhasilan implementasi
prinsip-prinsip manajemen seperti planning,
organizing, leading, controlling saja.
Ada faktor lain yang tidak tampak, yang lebih menentukan
berhasil-tidaknya organisasi mencapat tujuannya, menentukan apakah manajemen
dapat diimplementasikan atau tidak.
Faktor tersebut adalah budaya organisasi. Keunggulan organisasi ditentukan oleh unggul
tidaknya budaya organisasi yang dimiliki.
Berbagai
budaya yang selama ini menjadi kekuatan di BRI, seperti integritas,
profesionalisme, keteladanan dan penghargaan paa SDM diteliti secara
seksama. Dengan metoda tertentu
diperoleh angka-angka statistik yang menunjukan bahwa beberapa budaya
perusahaan ternyata sangat dominan membentuk budaya korporat, sebaliknya faktor
keteladanan ternyata tidak dominan pengaruhnya baik terhadap keselarasan dengan
nasabah, kemampuan mengatasi masalah-masalah nasabah, kepuasan nasabah,
karyawan yang bermutu dan mampu diberdayakan serta peninkatan mutu, jasa
danproses. Satu-satunya budaya korporat
yang dipengaruhi oleh keteladanan adalah etos kerja.
Oleh karena
itu, berdasarkan data-data tersebut di atas maka dalam rangka mentranformasi
organisasi yang dipimpinnya, Dr. Djokosantoso Moeljono mengambil langkah yang
tepat. Bukan dengan mengutamakan
keteladanan tetapi meningkatkan integritas dan memberi penghargaan yang lebih
patut kepada SDM-nya. Peningkatan
profesionalisme juga dilaksanakan tetapi karena berdasarkan data pengaruhnya
hanya sepertiga dari kedua faktor tersebut maka porsinya pun tidak terlalu
tinggi.
Sebaliknya
masalah keteladanan yang secara kasat mata sangat besar pengaruhnya, ternyata
hampir tidak berdampak kecuali masalah keteladanan dalam meningkatkan etos
kerja.
Hasil
keputusan yang berdasarkan penelitian ilmiah ini diterapkan secara optimal
sehingga akhirnya BRI menjadi bank yang tidak masuk “ICU” ketika bangsa Indonesia secara keseluruhan
dilanda krisis. BRI pu menjadi bank yang
berhasil mentransformasi diri dari bank yang hanya menyalurkan kredit
bersubsidi ke bank yang berbasiskan market-mechanism, tanpa meninggalkan
nasabah utamanya, pengusaha menengah dan kecil di seluruh pelosok Indonesia,
khususnya di pedesaan.
Contoh-contoh
di atas menunjukan bahwa pengambilan keputusan manajemen menggunakan
angka-angka kuantitatif merupakan cara yang efektif untuk mencapai tujuan. Pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan
akan memudahnya dalam menentukan berbagai pilihan alternatif keputusan yang
diambil.
Pendekatan
kuantitatif menjadikan hasil-hasil metode kualitatif yang tidak terukur menjadi
sangat jelas perpedaaanya satu dengan yang lain, sehingga keputusan segera
dapat diambil dengan cara yang cepat dan hasil yang tepat.
3.6.
Pendekatan
Sistem
Pendekatan
sistem menekankan pada adanya saling keterkaitan dan ketergantungan
bagian-bagian organisasi sebagai satu kesatuan yang utuh. Cara pandang terhadap organisasinya adalah
secara keseluruhan dan juga memandang organisasi sebagai bagian dari lingkungan
eksternal secara luas.
Oleh karena
itu dikenal pendekatan sistem terbuka dan sistem tertutup. Padangan pertama mempertimbangan kekuatan
faktor lingkungan eksternal dalam mempengaruhi organisasi, sebaliknya
pendekatan sistem tertutup menganggap bahwa organisasi adalah sebuah kekuatan
yang utuh dan dapat berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh pihak luar sama
sekali.
Pendekatan
sistem tertutup memusatkan pada hubungan dan konsistensi internal yang
dicerminkan oleh prinsip-prinsip seperti kesatuan perintah, rentang kendali
serta persamaan wewenang dan tanggungjawab.
Pengaruh lingkungan yang sesungguhnya sedemikian besar, diabaikan.
Pendekatan
sistem terbuka pada dasarnya sama dengan pendekatan sistem tertutup yang
memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang utuh. Perbedaannya hanyalah pada adanya
pertimbangan pengaruh lingkungan eksternal organisasi yang sedemikian besar
pengaruhnya namun tidak menghubungkan secara fungsional dengan konsep dan
teknik manajemen yang mengarahkan pencapaian tujuan.
Sistem
komando di dunia militer adalah salah satu contoh pendekatan sistem
tertutup. Berdasarkan struktur
organisasi yang sudah dibakukan, suatu bagian merupakan bagian integral yang
tidak akan terpisahkan dari yang lain.
Kelemahan di salah satu bagian akan menjadi penghambat atau bahkan
penghancur visi yang ditetapkan sebelumnya.
Derap langkah sudah diatur sedemikian rupa sehingga pada titik tertentu
terjadi pertemuan yang sinergi satu dengan yang lain.
Dalam
mencapai sebuah visi, maka tujuan akhir adalah segalanya. Faktor lingkungan dipandang sebelah mata
kalau tidak dibilang diabaikan.
Pendekatan yang berorientasi tujuan ini bukan hanya mengesampingkan
lingkungan tetapi juga individu anggota militer harus mengorbankan
prinsip-prinsip pribadinya.
Perusahaan
multinasional yang dibentuk dengan pendekatan sistem tertutup misalnya
UPS. Perusahaan yang bergerak dibidang
jasa pengiriman paket ini menerapkan sistem perusahaan yang disusun oleh para
ahlinya untuk dijadikan pedoman bagi semua awak perusahaan.
Tim
pembuat aturan adalah orang-orang pilihan dengan keahlian sesuai dengan bidang
masing-masing. Berkeahlian dan kemampuan
relatif tinggi. Aturan perusahaan sangat
lengkap, bukan sekedar aturan jam kerja ataupun hak dan kewjiban karyawan
seperti umumnya perusahaan. Derap
langkah pembawa paket, dengan tangan mana harus dibawa, dan aturan yang menurut
perusahaan lain dianggap sepele atau bahkan dianggap sudah menjadi bawaan
masing-masing manusia, di UPS segalanya diatur secara tertulis.
Aturan
tertulis merupakan bagian dari materi training karyawan yang harus dipatuhi dan
dijalankan bukan hanya pada saat berada di ruang pelatihan tetapi juga nanti
penerapannya di lapangan. Apapun yang
terjadi di lingkungan, tertawaan dan cemooh, bukanlah sesuatu yang harus
dipikirkan. Prosesudru perusahaan adalah
segalanya kecuali kalau ingin segera hengkang dari UPS.
Manajemen
IBM juga tidak kalah ketat dalam menjalankan roda perusahaannya. Pasukan garis biru, sebutan pekerja IBM, akan
mengawali kerja di sana dan akan mengakhirinya di perusahaan komputer itu. Watson, Sr, sang pendiri memang telah
menetapkan kewajiban seorang karyawan dengan segala aturan yang harus
diterapkan secara ketat. Perusahaan pun
akan mengikat mereka untuk mendapat jaminan kerjaan seumur hidup, tanpa harus
takut terkena PHK atau jenis sanksi lainnya yang berbuntuk pemutusan hubungan
kerja.
Balai
latihan IBM sangat terkenal keberhasilannya membentuk karyawan bermental baja
yang sangat patuh dan taat pada aturan.
Tanpa pandang bulu, mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk duduk di
posisi puncak. Tentu saja melalui
berbagai ujian dan tantangan yang tanpa sengaja merupakan penilaian menuju
titik tertinggi.
Pada
tahun 1994 terjadi perubahan yang sangat mendasar, Watson Jr, pewaris tahta
kerajaan IBM ternyata membuka diri terhadap pengaruh luar. Bukan ketidakpercayaan terhadap para calon
pengganti CEO yang telah dididik secara maksimal di lembaga bergengsi ini,
tetapi disadari bahwa menilai diri sendiri adalah sangat sulit dan jauh lebih
sulit daripada melihat pihak luar yang segalanya tampak gamblang dan
jelas. Menurut adegium lama, “semut di
seberang pulau tampak jelas, gajah di pelupuk mata tak kelihatan”.
Adalah
Lou Gerstner, tiba-tiba menjadi CEO IBM yang baru, menggantikan Watson,
Jr. Semua terperanjat, termasuk para
kandidat CEO yang semula taat dan patuh terhadap pinpinan. Calon CEO yang sudah sedemikian lama
bergabung tiba-tiba harus hengkang dari rumah dinas dengan berbagai alasan
tersendiri. Sungguh menyakitkan memang,
IBM mengangkat CEO dari perusahaan yang lain dengan komoditi yang sama sekali
berbeda.
Keterbukaan,
masuknya unsur lain ini ditantang semua pihak, apalagi dengan aturan yang
dinilai kontraversial dengan sistem yang sudah ada sebelumnya. PHK, pensiun muda dan berbagai cara
pengurangan pegawai diterapkan. Berbagai
jenis usaha yang tidak menguntungkan ditutup, dijual atau dagabungkan satu
dengan yang lain.
Kalaulah
Watson, Sr masih ada tentu akan membombardir habis keputusan orang baru itu dan
memilih menjalankan prosedur tetap yang selama puluhan tahun diterapkan
sekalipun IBM terus mengalami kemunduran.
Sungguh diluar dugaan, keputusan ekstrim ini justeru membawa IBM secara
signifikan menembus pasar yang telah direbut para pesaing.
3.7.
Pendekatan Contigency
Pendekatan
contigency dimaksudkan untuk menjembatani apa yang ada di antara teori dan
praktek. Disamping itu juga dimasukan
variabel lingkungan dalam analisisnya karena perbedaan kondisi lingkungan kan
memerlukan aplikasi konsep dan tenik manajemen yang berbeda-beda.
Pendekatan
contigency muncul karena ketidak puasan atas anggapan keuniversalan dan
kebutuhan untuk memasukkan berbagai variable lingkungan ke dalam teori dan
praktek manajemen.
Salah satu
contoh sudah dikemukakan di muka, tentang pilihan warna masyarakat Minangkabau
yang diakomodir oleh Toyota. Ternyata
pengaruh budaya lokal yang sudah tertanam dalam-dalam di benak masyarakat
Sumatera Barat membuat mereka tergiring dalam satu pilihan warna, merah hati.
Bukan berarti
tidak ada kendaraan warna lain, tetapi kendaraan pribadi yang dimiliki mereka supaya tidak diberhentikan
masyarakat di tengah jalan karena dianggap angkutan umum adalah merah
hati. Merah tua, biru, biru muda, hijau
dan aneka warna yang lain dengan berbagai variasi dan asesorisnya adalah ciri
khas kendaraan umum.
Contoh paling
nyata adalah ketajaman manajemen Indomobil dalam rangka memasarkan Suzuki yang
sulit dijual kepada masyarakat karena berbagai kelemahan. Boros bensin, tenaga kurang terutama pada
saat jalan menanjak, harga relatif tinggi dan berbagai alasan lainnya disiasati
oleh manajemen dengan mengeluarkan produk sepeda motor A100 berwarna kuning.
Pemerintah
Orde Baru yang identik dengan warna kuning adalah konsumen utama dan mungkin
juga satu-satunya dari motor boros ini.
Sudah menjadi agenda rutin APBN untuk mengalokasikan pembelian sepeda
motor warna kuning selama beberapa tahun.
Dengan satu
konsumen utama saja, yaitu Pemerintah, Suzuki cukup eksis di persaingan
persepedamotoran saat ini. Honda dan
Yamaha sempat gigit jari, namun demikianlah lingkungan telah memberi peluang
hidup kepada Suzuki untuk turut meraup rezeki di persaingan kendaraan roda dua
yang relatif ketat.
Perlu dicatat
bahwa Suzuki sudah sangat terpuruk karena produk dua taks-nya tidak mampu
bersaing dengan produk Yamaha dalam merebut hati pelanggan. Yamaha relatif mudah pemeliharaannya,
tenaganya juga dapat diandalkan sekalipun di jalan bergelombang. Persaingan dengan Honda yang empat taks
sungguh bukanlah persaingan yang dapat disetarakan. Jauh di depan!
Kasus sepeda
motor yang lain terjadi ketika secara tiba-tiba Yamaha menyodok dari belakang
raksasa roda dua yang sudah puluhan tahun bertengger di atas angin, Honda. Tahun 2008 tiba-tiba Yamaha mengumumkan diri
bahwa produk barunya, Yamaha Mio sudah menembus penjualan 500.000 unit. Jumlah yang fantastis, karena motor kecil ini
baru diluncurkan beberapa bulan sebelumnya.
Lebih
mengherankan lagi karena produsen motor yang semula mengkhususkan pada mesin 2T
ini menyatakan diri sebagai penjual kendaraan roda dua terunggul di
Indonesia. Seperti kebakaran jenggot
Honda meluncurkan produk saingan Honda Beat, tetapi tetap tidak menggoyahkan
sekalipun dilengkapi dengan dua keunggulan, lebih hemat bahan bakar dan
standarnya yang otomatis.
Kejar-kejaran
Honda vs Yamaha sebenarnya sudah berulan kali terjadi, sebagai raja pasar Honda
terkadang lalai. Kurang kreatif dan
inovasi atau mungkin cuma kelambatan dalam peluncuran produk. Ketika Shogun diluncurkan Yamaha, tidak lama
kemudian Honda bebek dengan sayap kokoh pun dipasarkan menggantikan tradisi
Honda yang selalu memberi sayap tipis kepada bebek-bebeknya.
Sangat
mencolok ketidak kreatifan Honda teruji lagi ketika Yamaha mulai melirik pasar
yang ingin kembali kepada tradisi kewibawaan Vespa. Laki-laki terlihat resmi dan berwibawa jika
naik Vespa. Wanita terlihat anggun dan
santun saat bertengger di sadel Vespa.
Perubahan cara pandang masyarakat yang selama ini tenggelam dalam
kepraktisan jenis bebek untuk pria da wanita tercium manajemen Yamaha.
Diluncurkanlah
Yamaha Nouvo, yang memadukan kepraktisan bebek dengan kewibawaan serta
keanggunan Vespa. Sekalipun tidak
dilirik sebagai motor baru yang memenuhi harapan pecinta Vespa namun peluncuran
produk baru Yamaha sempat membuat Honda blingsatan sehingga secara tergesa-gesa
mengeluarkan Honda Vario.
Tidak lama
kemudian, raja produsen roda dua ini harus minta maaf kepada seluruh masyarakat
Indonesia, terutama orang-orang yang fanatif terhadap Honda yang telah
membelanjakan sebagian uangnya untuk membeli Honda Vario. Produk baru ini ternyata mempunyai kelemahan
yang sangat tidak bisa dimaafkan, roda belakang mudah selip. Sungguh sangat membahayakan keselamatan
pemakai, apalagi dalam kecepatan tinggi.
Tidak pelak
lagi berbagai koran nasional mengumumkan permintaan maaf ini dalam beberapa
hari. Sebagai bentuk rasa
tanggungjawabnya maka perusahaan akan menanggung segala biaya yang timbul
akibat pergantian salah satu suku cadang di roda belakang beserta ongkos
pasangnya. Pemilik Honda Vario tinggal
mengunjungi bengkel yang ditunjuk, selesaikah masalah ?
Ternyata
tidak, kepercayaan yang tinggi dan kefanatikan kepada merek motor Jepang ini
perlahan memudar. Atau bahkan beberapa
diantaranya segera melepas sepeda motor kesayangannya untuk membeli Yamaha Mio
yang diluncurkan tidak berapa lama kemudian.
Keanggunan dan
kewibawaan serta kepraktisan motor yang lebih kecil dari pendahulunya cukup
menyedot perhatian masyarakat. Bukan
hanya orang dewasa yang dapat menikmatinya, untuk anak beranjak dewasa pun
motor kecil ini sangat sesuai. Masyarakat
berbondong-bondong untuk membeli motor yang selama ini menjadi bagian dari
cita-cita untuk tampil anggun dan berwibawa serta simple.
Keinginan
bertengger di jok Vespa tergantikan dalam sadel Honda Mio yang mini. Konsumsi bahan bakar yang relatif boros masih
dimahfumkan mengingat penampilan yang terbayarkan, apalagi masih relatif irit
dibandingkan dengan Vespa yang diidamkan.
Dari segi harga juga sangat terjangkau.
Oleh karena
itu tidak mengherankan apabila tidak lama kemudian Yamaha mengumumkan diri
sebagai raja sepeda motor di Indonesia, mengungguli Honda yang selama puluhan
tahun bertengger di atas.
Bila ditarik
benang merah dari tiga contoh di atas maka ternyata produsen perlu
memperhatikan kondisi lingkungan, baik sosial, ekonomi ataupun politik
sekalipun sebelum meluncurkan produknya.
Jika tidak, maka akan sangat fatal akibatnya.
Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa kondisi lingkungan selalu terus berubah dan
berubah. Oleh karena itu ketajaman
mensiasati berbagai perubahan yang terjadi, menjadi faktor penting untuk dapat
hidup dalam persaingan usaha yang makin ketat.
3.8.
Jauh Tapi
Dekat
Upaya memecah-belah
pengertian pendekatan manajemen ternyata tepat dibeberapa segi tetapi sering
menjadi tidak tepat di sisi yang lain.
Oleh karena itu pembagian pendekatan manajemen yang secara teoritis
dapat dijauhkan satu dengan yang lain, pada prakteknya satu dengan yang lain
sering tidak dapat dipisahkan.
Suatu
budaya organisasi yang terbentuk apabila ditelusuri asal muasal embrio
pembentuknya ternyata bukan hanya satu pendekatan manajemen. Mungkin ada yang dominan tetapi tidak berdiri
sendiri. Manajemen organisasi yang
akhirnyta terbentuk menjadi budaya disangga berbagai pendekatan lain sekalipun
pengaruhnya tidak terlalu nyata.
Satu
sama lain tidak dapat berdiri sendiri dan saling pengaruh-mempengaruhi. Bahkan dominasi sering tidak nampak
jelas.
Jauh
tetapi dekat ...!
BAB IV
P E N U T U P
4.1.
Kesimpulan
Pendekatan manajemen yang
sudah lama dijadikan salah satu teori dalam Ilmu Manajemen sampai sekarang
masih relevan. Namun demikian dalam
aplikasinya, kelima pendekatan manajemen sangat jarang berdiri sendiri. Satu pendekatan dengan yang lainnya saling
melengkapi.
Oleh
karena itu, upaya membedakan satu pendekatan dengan pendekatan lainnya secara
teori sangat mudah dilakukan tetapi dalam praktek sering tidak dapat dipisahkan
satu dengan lainnya. Dekat tapi jauh,
jauh tapi dekat.
4.2.
Saran
Upaya pemisahan dalam
penerapan satu pendekatan manajemen dengan yang lainnya akan lebih mudah dipahami
apabila disertai dengan indikator kuantitatif yang terukur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741).
Anonim. 2008. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7
Tahun 2008 tentang Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Indramayu.
Anonim. 2008. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 8
Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Kabupaten Indramayu.
Anonim. 2008. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9
Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja.
Anonim. 2008. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 10
Tahun 2008 tentang Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Indramayu.
Djatmiko, Y. H. 2004. Perilaku
Organisasi. Alfabeta. Yogyakarta.
Drucker, P. F. Dan Maciariello, J. A.
2008. The Daily Drucker. (Terjemahan : Srihandrini, N. R.). Elex Media Komputindo. Jakarta.
Moeljono, Dj. 2006. Budaya Korporat dan Keunggulan
Korporasi. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Ries, A. and Trout, J.
1993. Perang Pemasaran. (Terjemahan : Kirbrandoko : Marketing Warfare). Erlangga.
Jakarta.
Schuler, R. S. and Jackson, S. E.
1997. Human Resource Management.
Positioning for the 21st Century. 6th
Edition. (Manajemen Sumber Daya Manusia
Menghadapi Abad ke-21/Edisi 6/Jilid 1 (Terjemahan Dwi Kartini Yahya). Erlangga.
Jakarta.
Tika, M. P. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Bina Aksara. Jakarta.
Trout, J. 2001. Big Brands, Big Trouble, Pelajaran Berharga
dari Merek-merek Ternama. (Terjemahan :
Salim, E. : Big Brands, Big Trouble
: Lesson Learned the Hard Way). Erlangga.
Jakarta.
William, C. 2001. Manajemen, Buku 1. (Terjemahan :
Napitulupu, M. S: Management, 1st
Edition). Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar