|
|
|
|
BERANI TAMPIL BEDA
Strategi
Menguasai Pasar yang Selalu Berubah
TUGAS AKHIR SEMESTER
Mata
Kuliah : Manajemen
PEMASARAN
Dosen
: DR.
H. NURUDIN SIRAJ, MA, M. Si
Oleh :
D
I N O
T O
NIM :
12008019
PROGRAM PASCA SARJANA
KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI “CIREBON”
CIREBON
2009
|
|
|
|
|
“Pembeli
adalah raja.”
(Adegium kuno)
“Kalau aku jadi presiden,
yang pertama aku lakukan adalah
membenahi istilah.”
(Kong
Hu Cu)
“The reasonable man adapts himself to the world;
the unreasonable one persist in trying of adaptthe world to himself.
Therefore, all progress depends on the unreasonableman.”
(George
Bernard Shaw)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah subhana wa ta’ala tak lupa Penulis
panjatkan, hanya berkat rahmat dan karunia-Nya tulisan ini pada akhirnya dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
“Berani
Tampil Beda, Strategi Menguasai Pasar yang Selalu Berubah” merupakan judul makalah yang dipilih untuk
memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah
Manajemen Pemasaran dibawah bimbingan Bapak DR. H.
Nurudin Siraj, MA, M. Si. Oleh karena
itu Penulis pun tidak lupa menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada
beliau.
Atas segala kehangatan suasana ruang
kuliah kita, Penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada rekan-rekan Angkatan
Pertama dan para pengelola Program Pasca Sarjana STIE Cirebon.
Peluk cium tentu hanya untuk isteri
tercinta dan anak-anak yang selalu mengerti akan adanya kesibukan baru yang
banyak menyita waktu, tenaga, pikiran dan tentu saja biaya.
Indramayu,
1 Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
|
||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||
|
|
Halaman
|
||||||||||||
KATA PENGANTAR
|
......................................................................
|
‘iii
|
||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||
DAFTAR ISI
|
.......................................................................................
|
‘iii
|
||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
........................................................
|
1
|
|||||||||||
|
1.1.
|
Latar Belakang
|
........................................................
|
1
|
||||||||||
|
1.2.
|
Masalah
|
....................................................................
|
2
|
||||||||||
|
1.3.
|
Tujuan Penulisan
|
.....................................................
|
3
|
||||||||||
|
1.4.
|
Sistematika Penulisan
|
...............................................
|
4
|
||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||
BAB II
|
MATERI DAN METODE
|
...........................................
|
5
|
|||||||||||
|
2.1.
|
Materi
|
....................................................................
|
5
|
||||||||||
|
2.2.
|
Metode
|
....................................................................
|
5
|
||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||
BAB III
|
PEMBAHASAN
|
|
6
|
|||||||||||
|
3.1.
|
Strategi Pemasaran menurut buku
MARKETING
STRATEGY : A Decision Focused Approach.
4th Edition yang ditulis Orville C. Walker, Jr, Harper W.
Boyd, Jr, John Mullins dan Jean-Claude Larreche Robert L. Mathis dan John H.
Jackson .........................
|
7
|
|||||||||||
|
3.1.1.
|
Strategi, Suatu Pengantar
..............................................
|
8
|
|||||||||||
|
3.1.2.
|
Analisis Harapan
.........................................................
|
10
|
|||||||||||
|
3.1.3.
|
Formulasi Strategi
Pemasaran .....................................
|
12
|
|||||||||||
|
3.1.4.
|
Implementasi dan Kontrol ...........................................
|
15
|
|||||||||||
|
3.2.
|
Strategi Pemsaran, sebuah
Tinjauan Pustaka ..............
|
16
|
|||||||||||
|
3.2.1.
|
Pengertian Marketing ..................................................
|
16
|
|||||||||||
|
3.2.2.
|
Strategi Marketing .......................................................
|
19
|
|||||||||||
|
3.2.3.
|
Mempertahankan Keberhasilan ....................................
|
25
|
|||||||||||
|
3.3.
|
Berani Tampil Beda, Strategi Menguasai
Pasar yang Selalu Berubah .............................................................
|
27
|
|||||||||||
|
3.3.1.
|
Penggunaan Istilah yang
Keliru ...................................
|
27
|
|||||||||||
|
3.3.2.
|
Wong Edan Pengubah Dunia .......................................
|
29
|
|||||||||||
|
3.3.3.
|
Berani Tampil Beda ......................................................
|
25
|
|||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||
BAB IV
|
PENUTUP
|
.........................................................................
|
35
|
|||||||||||
|
4.1.
|
Kesimpulan
|
...............................................................
|
35
|
||||||||||
|
4.2.
|
Saran
|
......................................................................
|
35
|
||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||
DAFTAR PUSTAKA
|
.......................................................................
|
36
|
||||||||||||
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemasaran
merupakan faktor yang menentukan keberlangsungan setiap proses produksi. Poduk yang dihasilkan, baik barang maupun
jasa hanya akan menumpuk tidak berguna jika tidak digunakan konsumen. Keberhasilan menyampaikan produk sampai ke
tangan pemakai merupakan akumulasi dari semua proses komplek yang terjadi
sebelum, dalam proses produksi maupun setelahnya.
Salah satu
bagian kecil yang sering disebut penentu keberhasilan pemasaran produk adalah
tim penjual. Tidak mengherankan kalau
Tim Penjualan sering disebut sebagai ujung tombak keberhasilan. Keberhasilan tim ini sangat ditentukan oleh
strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan.
Di negeri ini
pengertian antara pemasaran dan penjualan masuh sangat rancu. Bahkan sudah menjadi pemahaman masyarakat
awam maupun intelektual, bahwa keduanya sama saja. Prektek sehari-hari sangat memahfumkan
penggunaan keduanya, sehingga sangat sulit dibedakan.
Kemungkinan
karena adanya keterbatasan jumlah istilah dalam Bahasa Indonesia menjadi salah
satu penyebabnya, sehingga terjemahan antara marketing dan sales maupun selling
diterjemahkan secara rancu. Penguasaan
yang sangat terbatas dari para ahli bahasa tentang ilmu manajemen memperparah
hasil terjemahannya.
Keterbatasan
pendidikan dari para praktisi manajemen menyebabkan penggunaan istilah
pemasaran dirancukan dengan penjualan ataupun sebaliknya. Keduanya sering dianggap sama sekalipun
sebenarnya sama sekali berbeda. Bahkan
mengutip Bapak Manajemen Modern Peter F. Drucker, “Dapat bertolak belakang
!”
Terlepas dari
pengertian yang masih rancu tersebut, sebaik-baiknya kualitas sebuah produk
maka tanpa strategi pemasaran yang disusun dengan baik maka tidak akan sampai
ke tangan konsumen secara berkelanjutan.
Sebaliknya produk dengan kualitas biasa saja sekalipun akan dapat merajai
pasaran jika dipasarkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan konsumen.
Situasi
perekonomian, sosial kemasyarakatan dan teknologi telah mengubah situasi dunia,
termasuk pandangan masyarakat terhadap suatu produk. Hal ini menyebabkan perusahaan harus merubah
strategi pemasaran yang disesuaikan dengan perubahan global tersebut. Jika tidak melakukannya maka harus
bersiap-siap disalip oleh perusahaan lain yang lebih aktif menyesuaikan diri
dengan kondisi pasar.
Belum lama
ini, dunia elektronik diguncang oleh isyu runtuhnya kedigjayaan SONY oleh
sebuah perusahaan yang pernah hancur lebur akibat krisis ekonomi 1997 dan
keropos akibat kebohongan laporan manajemen, SAMSUNG. Demikian juga di industri otomotif,
masyarakat dikejutkan dengan melejitnya YAMAHA menjadi penguasa pasar kendaraan
roda dua.
Kedua kasus di
atas sungguh mengejutkan karena perusahaan yang sedemikian mengutamakan
kualitas produk dan pelayanan paska penjualan tiba-tiba harus rontok dengan
cara memalukan. Hanya disebabkan para
ahli strategi pemasarannya yang tidak tajam melihat perubahan pasar, hanya
terpaku pada kondisi “biasanya.” Oleh
karena itu diperlukan agen perubahan yang bukan lagi hanya berorientasi
“biasanya” tetapi lebih jauh maju ke depan, sekalipun oleh orang pada umumnya
para pembelot ini sampa disebut “wong edan” sekalipun..
Keberanian
tampil beda dengan yang dipikirkan oleh perusahaan mapan yang cenderung hanyut
dalam jabatan sebagai leader-lah keduanya akhirnya bisa mengungguli. Yamaha dengan MIO yang bukan hanya
meninggalkan tradisi dua langkah (2T) tetapi juga mengadopsi sekuter BAJAJ dan
PIAGIO dalam bentuk mini sesuai ukuran pangsa pasar yang dibidik, remaja dan
ibu-ibu. Strategi berani cepat
meluncurkan setiap hasil temuan tim R & D adalah keunggulan SAMSUNG. Sehingga ketika SONY masih berkutat dalam
penelitian kualitas dan daya tahan produk, pasar sudah penuh oleh produk
SAMSUNG dengan type yang jauh sudah di depan.
“Toh, begitu
sebelum barang rusak pun konsumen sudah bosan dengan produk yang dimilikinya
atau bahkan ingin beralih ke produk baru yang lebih canggih lagi !” Sebuah pemikiran “gila” bagi SONY tetapi
merupakan senjata pamungkas SAMSUNG yang sangat mujarab mematahkan pangsa pasar
pesaingnya.
1.2. Masalah
Perubahan yang
cepat perkembangan dunia secara lengsung mengubah cara pandang masyarakat
tentang suatu produk. Perusahaan yang
ingin eksis dalam masyarakat yang telah berubah ini tentu saja harus
menyesuaikan diri. Bukan cara yang tepat
bertahan dalam prinsip dengan berharap masyarakat yang menyesuaikan diri dengan
prinsip dasar perusahaan.
Namun demikian
banyak perusahaan banyak perusahaan yang berkutat dalam riset dan pengembangan
internal tanpa melihat masyarakat luar yang sangat cepat berubah sehingga
produk yang dihasilkan hanya menumpuk di gudang. Diperlukan strategi pemasaran yang tepat
untuk setiap produk agar bisa diterima masyarakat yang selalu berubah.
Strategi
pemasaran yang tepat akan membawa produk yang dihasilkan sebuah industri
mengisi kehidupan masyarakat, sebagai imbal baliknya masyarakat pun akan
menghidupkan roda industri yang menghasilkan produk tersebut.
Sayangnya
setiap strategi apapun yang diluncurkan, maka tiba-tiba menjadi sangat cepat
kuno karena berbagai perusahaan menerapkan hal yang sama. Akibatnya, penerapan strategi bagus dibawah
bimbingan tim manajemen kelas dunia sekalipun sering membawa mereka untuk
kandas bersama-sama.
Sebenarnya
bukan strateginya yang kuno, tetapi pengadaptasinya yang sering tidak mau
kreatif. Tidak mau tampil beda. Keberanian tampil beda inilah yang akan
membawa perusahaan menjadi berbeda dengan rekan-rekannya yang berkutat di titik
nol atau bahkan kemunduran secara bertahap.
1.3. Tujuan Penulisan
Tulisan ini
dimaksudkan untuk mengupas arti penting strategi pemasaran sebagaimana ditulis
dalam buku menurut buku MARKETING STRATEGY : A Decision Focused Approach. 4th Edition yang ditulis Orville C.
Walker, Jr, Harper W. Boyd, Jr, John Mullins dan Jean-Claude Larreche Robert L.
Mathis dan John H. Jackson. Kemudian
membandingkannya dengan berbagai pendapat para ahli manajemen yang lain. Setelah itu Penulis mencoba menuangkan
pikiran tentang strategi pemasaran, yang tentu saja banyak diantaranya mengutip
juga dari berbagai sumber yang dianggap perlu.
Materi tulisan tersebut mengenai keharusan untuk berani tampil beda dari
yang lain agar produk yang dihasilkan dapat diterima masyarakat, tentu saja
harus memenuhi selera pasar yang selalu berubah.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan makalah ini sedapat mungkin mendekati format ilmiah, yaitu :
1.
Kata Pengantar, menjelaskan dasar dan beberapa hantaran
kata yang berkaitan erat dengan penulisan karya tulis ini.
2.
Bab I Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang,
masalah dan tujuan penulisan dikaitkan dengan judul yang dipilih, serta
sistematika penulisan karya tulis itu sendiri.
3.
Bab II Materi dan Metode, menjelaskan tentang materi
yang menjadi bahasan dan metode penulisannya.
4.
Bab III Pembahasan, menguraikan tentang strategi
pemasaran menurut buku MARKETING STRATEGY : A Decision Focused
Approach. 4th Edition yang
ditulis Orville C. Walker, Jr, Harper W. Boyd, Jr, John Mullins dan Jean-Claude
Larreche., pendapat para ahli manajemen yang berasal dari menurut berbagai
sumber pustaka serta pandangan Penulis yang dikemas dalam sub-bab Berani Tampil Beda, Strategi Menguasai
Pasar yang Selalu Berubah.
5.
Bab IV Penutup, merupakan kesimpulan dari uraian
sebelumnya saran untuk perbaikan selanjutnya.
6.
Daftar Pustaka, memaparkan sumber tulisan yang dikutip
pada penulisan makalah tulis ini.
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1. Materi
Bahan
acuan dalam mengkjaji strategi pemasaran pada makalah ini adalah buku MARKETING
STRATEGY : A Decision Focused Approach.
4th Edition yang ditulis Orville C. Walker, Jr, Harper W. Boyd,
Jr, John Mullins dan Jean-Claude Larreche terbitan McGraw Hill tahun 2004. Sementara pembandingnya adalah berbagai buku
tentang yang berkaitan dengan sumber daya manusia sebagaimana tertera pada
Daftar Pustaka.
2.1.
Metode
Kerangka pikir
dari buku utama tentang stategi pemasaran diuraikan secara sistematis, kemudian
pendapat-pendapat dari berbagai sumber
pustaka dipaduserasikankan sebagai pendapat yang lain. Setelah itu dibuat uraian tentang strategi
pemasaran yang menurut Penulis merupakan faktor penentu keberhasilan setiap perusahaan.
BAB III
P E M B A H A S A N
Faktor
terpenting dari setiap proses produksi adalah pemasaran. Dari awal sampai pada kesempatan terakhir ini
nasib sebuah produk ditentukan, dapat diterima atau tidak oleh pasar. Setiap perusahaan tentu bukan hanya ingin
menghasilkan produk yang terbaik tetapi juga dapat diterima masyarakat calon
konsumennya. Karena hanya dengan
demikianlah tujuan perusahaan tercapai, menghasilkan proft yang optimum.
Tetapi
saat ini, produk terbaik bukanlah jaminan akan merajai pasar. Perubahan kondisi sosial-ekonomi dan budaya
masyarakat serta teknologi telah mengubah cara pandang masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh sikap kritis dalam
menilai produk yang dikonsumsi, konsekuensinya tentu saja peningkatan kejelian
produsen. Kelalaian dalam menilai faktor
yang satu ini akan menyebabkan kegagalan semua kegiatan yang sudah dilaksanakan
sebelumnya.
Oleh
karena itu maka strategi pemasaran menjadi faktor penentu keberhasilan dalam
merebut hati masyarakat yang pada akhirnya akan berbalik menjadi upaya
penghidupan perusahaan itu sendiri.
Dengan kata lain, strategi pemasaran yang direncanakan harus berujung
pada penjualan yang berkelanjutan.
Untuk
memudahkan pembahasannya berikut Penulis mencoba mengkaji secara teoritis
permasalahan tentang strategi pemasaran ini 3 (tiga) kelompok :
- Strategi Pemasaran menurut buku MARKETING STRATEGY : A Decision Focused Approach. 4th Edition yang ditulis Orville C. Walker, Jr, Harper W. Boyd, Jr, John Mullins dan Jean-Claude Larreche.
- Strategi Pemasaran, sebuah Tinjauan Pustaka.
- Berani Tampil Beda, Strategi Menguasai Pasar yang Selalu Berubah.
3.1.
Strategi
Pemasaran menurut buku MARKETING STRATEGY
: A Decision Focused
Approach. 4th Edition yang ditulis
Orville C. Walker, Jr, Harper W. Boyd, Jr, John Mullins dan Jean-Claude
Larreche
Buku setebal
351 halaman ini merupakan salah satu referensi yang sangat berarti bagi setiap
pengambil kebijakan perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran produk yang
dihasilkannya, baik berupa barang atau pun jasa.
Satu kesan
yang kuat dari buku ini adalah bahwa antara pemasaran dengan penjualan adalah
hal yang sejajar, selalu berpengaruh positif.
Strategi pemasaran yang tepat akan menghasilkan penjualan yang
signifikan, sementara strategi pemasaran yang tidak cocok dengan tuntutan zaman
akan menyebabkab keambukan.
Untuk
memudahkan, para penulis membagi materinya menjadi 4 bagian sesuai tahap
penyusunan strategi, yaitu :
Bagian 1
mengantar pembaca untuk memahami terlebih dahulu pengertian strategi,
penerapannya dalam pemasaran produk dan strategi pemasaran yang bagi
perusahaan, lengkap dengan berbagai contoh perusahaan yang menerapkannya
sehingga menjadi gilang gemilang.
Bagian 2
menjelaskan tentang metode analisis kebutuhan pasar yang saat ini telah banyak
berubah, Strategi perusahaan dan dampak yang ditimbulkkan akibat penerapan
strategi yang diputuskan.
Bagian 3
menggambarkan tentang berbagai strategi pemasaran yang dapat diterapkan
disesuaikan dengan kondisi pasar dan keadaan internal perusahaan.
Bagian 4
menceritakan tentang dampak penerapan strategi pemasaran dan kontrol untuk
memperbaiki berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi.
3.1.1. Strategi, Suatu Pengantar
Strategi
menjadi istilah bisnis yang sangat populer sejak era tahun enampuluhan. Pengertiannya makin beraneka seiring dengan
penggunaannya yang makin meluas di berbagai bidang.
Strategi dalam
buku ini didefinisikan sebagai sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan masa kini dan rencana masa depan dengan pendayagunaan sumberdaya yang
ada serta interaksi antara perusahaan dengan konsumen, pesaing dan berbagai
faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Membicarakan
strategi maka terlebih dahulu harus mengetahui tentang berbagai komponennya,
yaitu : cakupan, tujuan, pendayagunaan sumberdaya, identifikasi tantangan masa
depan dan sinergitas antara jenis usaha, peluang pasar, pendayagunaan
sumberdaya, dayasaing dan daya dukung satu dengan yang lain.
Dalam ilmu
manajemen, sstrategi terbagi dalam 3 (tiga) level, yaitu strategi perusahaan,
strategi usaha dan strategi berdasarkan fungsi yang dengan fokus pada pasar
produk.
Strategi
pemasaran terutama berfokus pada efektivitas pemanfaatan alokasi yang ada,
mengkoordinasikan antara sumberdaya dan kegiatan pemasaran untuk mencapai
tujuan dalam memasarkan produk yang spesifik.
Dengan demikian strategi pemasaran harus berorientasi kepada pasar.
Strategi
pemasaran yang berorientasi kepada pasar mempunyai ciri-ciri :
a.
Menciptakan pelanggan melalui produk yang dihasilkan.
b.
Mendengarkan kemauan konsumen.
c.
Meningkatkan daya saing.
d.
Melakukan pemasaran yang cerdas.
e.
Target konsumen yang tepat.
f.
Berorientasi kepada keuntungan perusahaan, bukan kepada
jumlah penjualan.
g.
Menjadikan konsumen sebagai pengatar ke arah
kesuksesan.
h.
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menilai
kualitas.
i.
Mengumpulkan dan mewujudkan harapan konsumen.
j.
Membangun hubungan daik dengan konsumen.
k.
Mengutamakan pelayanan.
l.
Perbaikan dan inovasi terus menerus.
m.
Memasukan unsur
saosial budaya dalam strategi prusahaan.
n.
Tumbuh berkembang bersama rekan dan kolega.
o.
Memangkas rantai birokrasi pemasaran.
Strategi
perusahaan sangat berpengaruh terhadap pemasaran produk yang dihasilkan dan
berarti terjadi pertumbuhan perusahaan.
Namun strategi pertumbuhan perusahaan tidak sama satu dengan lain
perusahaan, sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan lingkungannya.
Strategi
pertumbuhan perusahaan terdiri dari :
1.
Perluasan pasar dengan peningkatan pada produk yang
saat ini diproduksi.
2.
Perluasan pasar dengan mengembangkan produk baru untuk
konsumen saat ini.
3.
Perluasan pasar dengan menjual produk saat ini kepada
segmen baru bahkan negara lain.
4.
Perluasan pasar dengan penganekaragaman produk.
5.
Perluasan pasar dengan penganekaragaman produk melalui
kerjasama dengan perusahaan lain atau membentuk jaringan perusahaan.
Strategi
masing-masing usaha yang kompeten juga berbeda satu dengan yang lainnya,
tergantung pada jangkauan, tujuan perusahaan, ketersediaan sumberaya dan
sinergitas masing-masing sumberdaya yang ada.
Sementara
strategi usaha dalam penjualan produk sangat dipengaruhi oleh :
1.
Kebijakan produk
2.
Kebijakan harga
3.
Kebijakan distribusi
4.
Kebijakan promosi
3.1.2. Analisis Harapan
Sebelum
memutuskan untuk menyusun perencanaan usaha, khususnya dalam strategi
pemasaran, diperlukan pengetahuan tentang situasi pasar terlebih dahulu yang
dapat diketahui melalui survey :
1.
Pertumbuhan penduduk.
2.
Lingkungan sosial budaya masyarakat.
3.
Kondisi perekonomian masyarakat.
4.
Lingkungan kehidupan politik masyarakat.
5.
Teknologi yang diterapkan masyarakat.
6.
Sarana dan prasarana fisik yang tersedia dilingkungan
masyarakat.
Analisa lingkungan ini sangat
penting dalam membuat keputusan mengenai strategi pemasaran dengan
mempertimbangkan :
1.
Prioritas kecenderungan pasar.
2.
Informasi
tentang sumberdaya dan produk dengan analisa secara makro.
3.
Antisipasi dan respon terhadap perubahan teknologi.
Strategi
pemasaran yang tepat akan mempengaruhi lingkaran kehidupan perusahaan sehingga
perlu dilakukan perhatian terhadap :
1.
Kurva lingkaran kehidupan operusahaan.
2.
Implikasi persaingan pasar
3.
Implikasi yang diterapkan
4.
Faktor-faktor pembatas
5.
Perubahan strategi yang diterapkan
Untuk
meramalkan pasar di masa yang akan datang dapat dilakukan berbagai metode,
seperti :
1.
Analisa statistik dan metode kuantitatif lainnya.
2.
Obeservasi.
3.
Survei.
4.
Analogi.
5.
Hukum.
6.
Tes pasar.
7.
Penerapan matematika dalam peramalan.
Selain
itu unuk mempertahankan kompetisi pasar maka diperlukan pengetahuan tentang
sistem pasar itu sendiri yang dapat dilakukan melalui :
1.
Jejak rekam pasar internal.
2.
Database pemasaran.
3.
Sistem inteljen persaingan.
4.
Sistem manajemen pertemuan langsung dengan klien.
3.1.3. Formulasi Strategi Pemasaran
Setelah
dilakukan berbagai upaya mulai dari pengumpulan data, pengolahan dan akhirnya
dilakukan peramalan maka selanjutnya dilakukan formulasi strategi
pemasaran.
Untuk memasarkan sebuah produk yang baru maka
terdapat dua kemungkinan strategi yang ditempu, yaitu sebagai pelopor atau
menjadi pengikut. Keduanya mempunyai
kekuatan dan kelemahan masing-masing, sangat tergantung strategi yang ditempuh
dan kekonsistenannya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang
terus terjadi.
Strategi
yang dapat ditempuh oleh pelopor agar bisa mendominasi pasar adalah sebagai
berikut :
1.
Penetrasi pasa secara besar-besaran.
2.
Penetrasi di tempat tertentu.
3.
Luncurkan lebih dulu dan tarik paling awal.
4.
Program tertentu untuk strategi penetrasi pasar
besar-besaran.
5.
Program tertentu untuk strategi pemasaran di tempat
tertentu.
6.
Program tertentu untuk peluncuran produk.
Selain
itu perusahan juga menghadapi pasar yang selalu tumbuh dan berkembang,
tantangannya adalah apakah menjadi pemimpin pasar atau cukup sebagai pengikut
yang meraup sebagian kecil dari pangsa pasar.
Sekali lagi hal ini pun keberhasilannya sangat tergantung kepada
strategi pemasaran yang ditempuh.
Untuk
pasar yang sedang tumbuh maka strategi yang dapat dilakukan oleh para pemimpin
pasar agar tetap menguasai pangsa pasar adalah sebagai berikut :
1.
Menentukan tujuan pemasaran sebagai pemimpin pasar.
2.
Strategi dan pelaksanaan untuk meningkatkan pertumbuhan
pasar.
3.
Strategi bertahan dan menyerang
4.
Strategi pengapit.
5.
Strategi konfrontasi.
6.
Strategi perluasan pasar.
7.
Terapi kejut dan penarikan produk.
Sementara
para pengikut pun harus mempunyai strategi tertentu agar dapat menjadi bagian
dari pengsa pasar yang diperebutkan, antara lain dengan :
1.
Menentukan tujuan pemasaran, hanya cukup sebagai pengikut.
2.
Strategi dan pelaksanaan untuk meningkatkan pertumbuhan
pasar.
3.
Memutuskan untuk menyerang siapa.
4.
Strategi penyerang yang ganas.
5.
Strategi loncat katak.
6.
Strategi mengapit dan melingkar.
7.
Strategi gorila menyerang.
8.
Pemanfaatan data-data pendukung.
Kondisi
pasar juga dapat jenuh ataupun mengalami kemunduran. Untuk menghadapinya diperlukan strategi
perusahaan dan juga strategi pemasaran tertentu.
Dalam situasi pasar yang jenuh
maka strategi perusahaan yang diterapkan adalah :
1.
Perbaikan strategi dalam menghadapi tantangan pasar.
2.
Diferensiasi produk.
3.
Perbaikan menuju penghematan biaya produksi.
4.
Kepuasan dan loyalitas konsumen dengan cara
meningkatkan nilai tambah.
Sementara
strategi pemasaran yang dapat ditempuh untuk pasar yang sudah jenuh adalah :
1.
Strategi perbaikan peluang pasar saat ini.
2.
Strategi mempertahankan volume penjualan.
Sedangkan
untuk menghadapi pasar yang cenderung merosot dapat ditempuh strategi sebgai
berikut :
1.
Menarik diri secara perlahan dari pasar yang merosot.
2.
Likuidasi atau melepaskan diri.
3.
Strategi pemasaran untuk menghadapi pesaing yang
tersisa.
Selain
itu terdapat juga peluang ekonomi baru yang dapat dijadikan pasar suatu
produk. Pasar baru akan menarik berbagai
perusahaan untuk memasukinya, oleh karena itu diperlukan berbagai upaya khusus
dalam memenangi persaingan yang sangat menantang ini.
Strategi
untuk mengembangkan pasar di daerah ekonomi baru ini adalah sebagai berikut :
1.
Aplikasi pemasaran untuk memasuki pasar baru.
2.
Strategi pemasaran untuk pengembangan daerah baru.
3.1.4. Implementasi dan Kontrol
Strategi
pemasaran yang diterapkan dalam berbagai kondisi ekonomi di atas perlu
dievaluasi secara terus menerus sehingga tetap dapat digunakan dalam menghadapi
berbagai perubahan yang terjadi.
Dalam
implementasi strategi pemasaran, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1.
Analisa situasi.
2.
Isyu pokok.
3.
Tujuan.
4.
Strategi pemasaran.
5.
Rencana kerja.
6.
Ramalan untung-rugi.
7.
Rencana alternatif.
Untuk
menilai keberhasilan penerapan strategi dilakukan dengan cara :
1.
Identifikasi masalah pokok.
2.
Awasi dan monitoring terus penerapannya.
3.
Strategi penilaian ulang.
Sementara
untuk mengukur keberhasilan pemasaran dapat dilakukan penilaian dengan cara :
1.
Siapa yang perlu dan informasi apa yang ada dibutuhkan
konsumen.
2.
Kapan dan seberapa sering informasi dibutuhkan.
3.
Dalam bentuk dan media apa informasi yang dibutuhkan.
4.
Kemungkinan-kemungkinan apa yang perlu direncanakan.
5.
Kontrol pemasaran secara keseluruhan.
Demikian
banyak yang diulas dalam buku ini yang secara lengkap mengantar pembaca untuk
mengenal strategi pemasaran mulai dari pendefinisian sampai berbagai strategi
yang harus diterapkan dalam menghadapi berbagai lingkungan yang berubah serta
bagaimana menilai keberhasilan berbagai strategi yang direncanakan sebelumnya.
3.2.
Strategi Pemasaran, sebuah Tinjauan Pustaka
3.2.1.
Pengertian Marketing
Sekalipun buku
yang menjadi acuan penulisan makalah ini sama sekali tidak membahas tentang
perbedaan antara pemasaran dengan penjualan, dengan kecenderungan strategi
pemasaran yang diterapkan selalu menghasilkan penjualan yang signifikan. Penulis sengaja memaparkan perbedaan diantara
keduanya, karena memang keduanya adalah berbeda satu dengan yang lain dan tidak
selalu beriring sejajar, simbiotik mutualisma tetapi terkadang bertentangan
satu sama lain.
Cohen (2008)
menjelaskan pendapat pakar manajemen kelas dunia Peter F. Drucker tentang
pemasaran, bahwa pemasaran itu lebih dari sekedar fungsi bisnis yang
penting. Sesungguhnya pemasaran sama
sekali bukan fungsi bisnis, melainkan dasar dari bisnis apapun. Adalah kesalahan besar apabila menganggap
bahwa pemasaran sama dengan bidang fungsional yang lain seperti manufaktur,
karena pemasaran menyebar ke setiap aspek bisnis.
Berbeda dengan
pengertian masyarakat awam dan bahan-bahan bacaan yang dihasilkan pakar
pemasaran di Indonesia, dalam buku yang sama Drucker berpendapat bahwa
pemasaran dengan penjualan bukanl saja berbeda tetapi keduanya tidak saling
melengkapi atau saling menambah karena sesungguhnya keduanya bahkan berlawanan
satu sama lain.
Pemikiran
Drucker sangat kontraintuitif karena sebagian besar pakar pemasaran berpendapat
bahwa penjualan merupakan bagian dari pemasaran. Bahkan berseberangan dengan konsep pemasaran
yang berlaku saat ini Cohen, 2008).
Pendapat
Father of Management Modern ini sebenarnya bukanlah hal baru, Djwee (1964)
mengutip beberapa pendapat para ahli manajemen pertengahan abad dua puluh
(kemungkinan juga ada yang seangkatan dengan Drucker yang lahir tahun 1909),
seperti Nystrum yang berpendapat bahwa, “Marketing include all those business
activities involved in the flow of goods and services from producer to
costumer.”
Hal
ini senada dengan pendapat ahli menajemen lainnya seperti Phillips and Duncan
yang menyatakan, ”Marketing include all the steps or activities necessary to
place tangible goods in the consumer”s hands.”
Tidak berbeda maknanya dengan pendapat Maynard and Beckman, “Marketing
embraces all business activities in the flow of goods and services from
physical production to consumption.”
Sementara
Converse, Huegy and Mitchell menammbahkan adanya unsur pembelian dan penjualan,
pendapat mereka, “Marketing is the business of buying and selling, including
those business activities involved in the flow of goods and services between
producer and consumers.”
Sedangkan
Converse and Jones membagi dua aktivitas dalam bisnis, salah satunya adalah
pemasaran. “Business is divided two
parts, production and marketing.
Production has to do with creation of goods. Distribution or marketing, has to do with
moving these goods from producers in to the hand of consumers.” Jadi disini pemasaran diidentikan dengan
proses distribusi yang menjadi penyambung produsen dengan konsumen.
Terlepas dari
dua buku yang selisih umurnya setengah abad tersebut di atas, pendapat beberapa ahli pemasaran di Indonesia
sering mengacaukan keduanya, antara sales dan marketing, seperti Waringin
(2008), “Marketing adalah menyampaikan penawaran kepada trget market sehingga
terjadi peningkatan penjualan yang berkesinambungan secara cepat dan besar.” Sementara tujuan marketing adalah,
“Menukarkan nilai tambah yang ada ke sebanyak mungkin pembeli, sesering mungkin
sehingga pembeli untung, penjual untung.”
Pendapat yang
revolusioner ini sangat sejalan dengan pendapat masyarakat umum yang masih
sangat sulit membedakan antara marketing, sales, distribution dan istilah asing
lainnya yang sering diterjemahkan dengan satu kata Bahasa Indoesia berdasar
kata “jual”.
3.2.2.
Strategi Marketing
Strategi
merupakan perkataan yang paling banyak dipakai dalam ruang direktur,
kelas-kelas MBA ataupun lokakarya yang diadakan perusahaan. Peranana strategi dalam membentuk arahan dan
masa depan sebuah perusahaan tidak dapat diingkari, bahkan beberapa diantaranya
mengatakan bahwa strategy is destiny.
Strategi yang dipilih menentukan “nasib” periusahaan (Lestari, 2008).
Strategi yang
efektif dalam menjual barang dan jasa menurut Bly (2004) adalah sebagai berikut
:
a.
Strategi Pribadi :
1)
Tingkatkan kemempuan interpersonal dan komunikasi
2)
Pergunakan waktu dengan produktif
3)
Bersikap positif
b.
Strategi Pemasaran :
1)
Mengaktifkan pelanggan yang pasif
2)
Mengaktifkan kembali calon pelanggan yang potensial
3)
Menciptakan bisnis baru dari pelanggan aktif
4)
Tingkatkan laju pemasaran dengan kecepatan penuh
5)
Mengemas ulang produk yang ditawarkan
6)
Pilih pelanggan terbaik dan turunkan standar pada saat
tertentu
c.
Strategi Bisnis :
1)
Menurunkan biaya tetep dan biaya operasi
2)
Pergunakan internet untuk mengurangi biaya dan menarik
pelanggan
3)
Tentukan tarif yang kompetitif dan terjangkau
d.
Strategi Pelayanan :
1)
Meningkatkan pelayanan pelanggan
2)
Memberikan nilai tambah pada pelanggan
3)
Mempertahankan kesetiaan pelanggan dengan mengeluarkan
sedikit biaya tambahan.
Sementara itu
Kotler et. al. (2005) menjelaskan bahwa adanya perubahan-perubahan besar dalam
5 (lima) unsur, yaitu perubahan teknologi, perubahan politik/legal, perubahan
sosial/kultural, perubahan ekonomi dan perubahan pasar. Kesemuanya baik secara individu maupun
kolektif menjadi value migrator bagi setiap produk perusahaan.
Oleh karena
itu mereka menyusun model marketing yang tepat untuk menghadapi berbagai
perubahan tersebut dengan membaginya menjadi 3 (tiga) komponen, yaitu :
a.
Outlook yang lebih dikenal sebagai sub-model 4C-Diamond
yang terdiri dari 4 (empat) faktor C4 :
1)
Change (perubahan)
2)
Customer (pelanggan)
3)
Competitor (pesaing)
4)
Company (perusahaan)
b.
Architecture, merancang lanskap bagi E3, yaitu :
1)
Exploration
2)
Engagement
3)
Execution
Dan memiliki 3 (tiga)
komponen :
1)
Strategy
2)
Tactic
3)
Value
c.
Scoredcard untuk mengontrol :
1)
People
2)
Customer
3)
Shareholder
Berkembangnga
teknologi informasi yang sangat pesat menyebabkan energi pemasaran sedahsyat
bom nuklir sebagai akibat perpaduan kekuatan word of mouth (sering juga disebut
“evangelism” atau net promoter) dan komunitas pelanggan (on-line dan
off-line). Yuswohady (2009) mengadaptasi
rumus Einstein dan menggambarkan kedahsyatan ini secara sederhana :
E =
wMC2
|
Dimana :
E =
energi pemasaran yang dahsyat se-dahsyat bom nuklir
wM = word of
mouth atau rekomendasi pelanggan
C = customer community baik on-line maupun
off-line.
Untuk
mengahdapi horizontal marketing ini maka selanjutnya Yuswohadi menyarankan agar
perusahaan mengubah pendekatan pemasaran dari B2C (business to customers)
menjadi C2C (customers to customers) dari one to many menjadi many to
many. Sebelas strategi yang dapat
ditempuh disebutnya sebagai The 11 Manifesto of Horizontal Marketing, adalah
sebagai berikut :
a.
Net Creates Networked Customers
Internet yang
sudah terintegrasi menjadi ribuan bahkan jutaan komunitas umat manusia melalui
situs-situs seperti Friendster, YouTube, Facebook, MySpace, SecondLife dan
Blogger memunculkan potensi luar biasa untuk membentu jaringan konsumen
(networked customers) yang tidak pernah terbayangkan dalam sejarah manusia.
b.
Your Customers are Evangelist
Ketika
komunitas pelangga sedemikian solid maka tercipta potensi besar untuk
menjadikan mereka sebagai evangelist atau advocators yang berbicara tentang
nilai llebih suatu produk dan akan merekomendasikannya kepada yang lain. Secara tak sadar mereka telah menjadi
salesmen sejati.
c.
Connecting Your Customers
Ketika formula
E = wMC2 bisa terbukti maka harus disadari bahwa keberhasilan ini hanya
terwujud karena kemampuan menghubungkan satu pelanggan dengan pelanggan lain di
dalam satu media komunitas. Peran
perusahaan adalah sebagai connector.
d.
Treat Customer as Member
Apapun
komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan baik barang maupun jasa maka yang
paling penting adalah anggapan bahwa para pelanggan adalah anggota komunitas
yang dibangun perusahaan.
e.
Express Their Aspirations
Makin banyak
pribadi yang ingin mengekspresikan dirinya dengan menulis di blog, curhat
dengan sesama teman dengan YahooMessenger atau memajang foto-foto pribadi di
Flickr. Sambut mereka, “Welcome to the
Narcisistic World!”
f.
Facilitating is “Reason for Being”
Sebagai
perusahaan yang dibagung di tengah-tengah komunitas pelanggan maka tugas pokok
dan alasan keberadaan personilnya adalah memfasilitasi para pelanggan.
g.
Authenticity is Lifetime Differentiator
Di tengah
persaingan yang ketat saat ini, otentisitas menjadi barang yang kian
langka. Namun begitu pelanggan melihat
bahwa merek produk perusahaan yang dikonsumsinya adalah otentik, otentisitas
tersebut akan menjadi diferensiator yang tidak akan lekang ditelan zaman karena
authenticity leads you to sustainability.
h.
Brand is a Cult
Dari komunitas
pelanggan yang solid akan terbentuk “cult brand”. Komunitas pelanggan tersebut akan menjadi
semacam “sekte” dan brand produk perusahaan menjadi “roh”-nya.
i.
Your Products should be Contagious
Produk yang
dipasarkan haruslah punya “bakat” untuk diperbincangkan pelanggan karena sisi
unik yang dimilikinya. Sisi unik ini
akan menjadikan produk tersebut sebagai “wabah” yang akan menyebar secepat
kecepatan cahaya.
j.
Join the Honest Conversation !!!
Market is
conversation ! Oleh karena itu tidak ada
jalan lain kecuali ikut terlibat secara aktif berdialog secara jujur dan
transparan.
k.
Co-create Solutions
Pelanggan yang
dibina dalam komunitas adalah sumber ide produk yang tiada habisnya. Karena itu, beraliansi dengan mereka dalam
menciptakan dan mengembangkan produk di masa depan merupakan jalan terbaik.
3.2.3.
Mempertahankan Keberhasilan
Adegium
lama menyebutkan, “Memelihara jauh lebih sulit daripada membangun.” Demikian juga keberhasilan yang dicapai dari
penerapan strategi pemasaran, melanggengkannya jauh lebih sulit. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan
yang dengan mudah menjadi market leader tetapi pada akhirnya jatuh akibat lalai
memelihara pelanggan (Munir, 2008).
Terdapat
7 (tujuh) kebiasaan buruk yang dapat menjungkirbalikan perusan sukses Sheth, J.
N. (2008) dalam bukunya The Self Destructive Habit of Good Companies ... and
How to Break Them sebagaimana dikutip Munir (2008), yaitu :
a.
Menolak kenyataan yang tidak menyenangkan
Xerox menolak
mengakui bahwa mencetak dengan komputer merupakan subtitusi yang kuat bagi
produk mesin fotocopy. Demikian juga
General Motor yang bersikeras memproduksi mobil menurut seleranya dan tidak
mengindahkan mobil Jepang sebagai pesaing potensial.
b.
Kesombongan
Sifat sombong
merupakan salah satu virus yang sangat mudah menjangkiti perusahaan
sukses. Kesombongan itulah yang membuat
perusahaan komputer raksasa IBM dikalahkan perusaah “kecil” seperti
Microsoft. Namun demikian, Microsoft
yang sudah menjadi raksasa juga saat ini sering menghadapi tuntutan hukum
akibat kesombingannya.
c.
Keinginan untuk terus bertahan pada kebiasaan yang
terbukti (pernah) membawa sukses
AT&T
merupakan salah satu perusahaan yang berjaya dan dininabobokan oleh keuntungan
praktek monopoli. Ketika peraturan
tentang monopoli diberlakukan, perusahaan tersebut bukannya menyesuaikan dengan
iklim yang berubah tetapi malah bersikukuh memulihkan monopoli sambil
menjalankan bisnis seperti biasanya.
d.
Terlalu menggantungkan sukses pada kompetensi inti
Encyclopedia
Britanica adalah ensiklopedi setelah bantal yang terdiri dari 32 jilid dengan
berat total lebih dari 75 kg. Bagaimana
produk unggulan sejak tahun 1768 ini dapat bersaing jika tidak merubah format
menjadi produk yang bisa dijinjing dan mudah dinikmati dengan teknologi dimana saja
dan kapan saja.
e.
Memandang kompetisi secara sempit
McDonald
pernah terlalu mengawasi pesaing beratnya Burger King, disisi lain pesaing
non-burger (Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut dan Taco Bell) dikesampingkan,
maka tanpa terasa pasar McDonald digerogoti oleh ketiganya.
f.
Terobsesi pada volume
Pendatang
baru bisnis ritel donat di Indonnesia “Krispy Kreme” terjebak dalam keinginan
meningkatkan volume penjualan yang sangat menantang, tersandung oleh
keinginannya untuk tumbuh cepat melalui bisnis waralaba yang kurang hati-hati.
g.
Peningkatan birokrasi, terbentuknya “budaya setempat”
dan adu kekuasaan
Keruntuhan
Motorola adalah berakar dari sikap “lebih cerdas daripada kamu” yang tumbuh
dari budaya enjinering yang kuat.
Sebalikya Nokia merasa bahwa enjinering bukanlah satu-satunya faktor
kunci sukses, melainkan upaya pemasaran, desain dan menyenangkan pelanggan
merupakan faktor yang perlu dipertibangkan.
3.3.
Berani
Tampil Beda, Strategi Menguasai Pasar yang Selalu Berubah
3.3.1.
Penggunaan Istilah yang Keliru
Ada yang
mengatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah yang sesungguhnya merupakan kombinasi
dari berbagai bahasa daerah yang ada di negeri ini ternyata dianggap masih
sangat sedikit kosokatanya. Lebih-lebih
kosokata asing yang sesuai dengan perkembangan zaman yang makin mengglobal.
Dalam hal
membedakan antara pemasaran dan penjualan saja masih sangat tidak jelas. Hal ini diperkeruh oleh pendapat ahli
manajemen yang juga sering mengacaukan makna diantara keduanya tanpa memberi
batasan yang jelas. Sebagaimana biasa
maka yang mengambil untung dari ketidaktegasan dan ketidakpastian ini adalah
para pialang atau pengelana yang pandai memanfaatkannya menjadi sumber
pendapatan.
Saat ini orang
bangga dengan posisi sebagai tenaga penjual dengan sebutan Salesman. Menduduki posisi unjung tombak yang
menentukan hidup-matinya perusahaan tentu suatu kebanggaan tersendiri. Demikian juga apabila membaca literatur
sebelum tahun 1990-an maka kata “Salesman” sering menghiasi berbagai
keberhasilan perusahaan.
Tapi siapa
sangka kalau pada tahun 1990-an kata “Salesman” seakan harus raib dari
peredaran. Siapapun seakan tidak mau
mengenakannya. Demi menjaga citranya,
perusahaan mengubah istilah ini dengan padanan yang sesungguhnya tidak selalu tepat
seperti Marketing, Consultant, Technical Service, Field Force dan sebagainya. Kata “Salesman” menjadi alergi yang
menjijikan sekalipun tugas para penjual tersebut adalah sama, “sales”.
Perilaku
salesman yang sudah sangat memuakkan masyarakat dengan berbagai perangai yang
buruk mulai dari memaksa, menipu sampai memeras adalah alasan pengenyahan
istilah untuk para penjual ini. Tahun
1980-an gejala buruk sudah sangat terasa dan puncaknya sepuluh tahun kemudian
sehingga selama beberapa tahun kata “salesman” seakan menjadi sangat memalukan
untuk dipajang.
Para ahli
manajemen pun tidak dapat membenahi ketidakjelasan pengertian ini. Namun beruntung masyarakat Indonesia adalah
masyarakat pelupa yang akhirnya dengan mudah mengagungkan lagi istilah
“salesman” begitu satu dua orang mempelopori dan meyakinkan mereka dengan
perilaku terpuji dan penghasilan yang patut dipuji.
3.3.2.
Wong Edan Pengubah Dunia
Dunia selalu berubah,
siapapun yang tidak mengikutinya akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Demikian beberapaahli manajemen menyatakan
pendapatnya, termasuk Reinal Khasali yang mengemasnya dalam 2 (dua) buku :
Change dan Re-Code Your DNA.
Keberubahan berbagai
perilaku manusia inilah yang sesungguhnya telah mengubah dunia, bukan
sebaliknya. Oleh karena itu individu
yang tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan akan tergilas, mereka yang
hanyut dalam perubahan akan terpontang-panting dalam arus yang semakin tidak
menentu, sementara yang menantang akan dihempas arus perubahan bertubi-tubi
tampa henti bahkan makin menggelora.
Mereka yang selamat adalah individu yang berpegang pada prinsip,
bergolaknya arus diterima dengan lapang dada sebagai suatu potensi unuk
pengembangan prinsip selanjutnya.
Mungkin inilah yang
menyebabkan mereka dianggap sebagai wong edan, tidak mau menerima arus
perubahan begitu saja seperti yang lain.
Tetapi menjadikan badai perubahan sebagai sumber inspirasi. “Kelainan” dalam berpikir dari mereka yang
hanya sedikit ini justeru sering menjadi pengubah dunia yang sesungguhnya,
mengatasi arus perubahan yang sering tidak terkendali.
Tidak mengherankan kalau
John Elkington dan Pamela Hartigan, penulis buku The Power of Unreasonable
People, How Social Enterpreuners Create Markets that Change the World,
berkeyakinan bahwa dunia bergantung pada wong edan ini (Amir, T, 2009).
Mereka mempunyai alasan
kuat di balik keyakinan tersebut. Dunia
dan umat manusia kini menghadapi berbagai tantangan yang luar biasa sebagai
akibat akumulasi perbuatannya. Dari
masalah kemiskinan, perubahan iklim, lingkungan yang rusak ataupun wabah
penyakit.
Kalau hanya mengandalkan
cara-cara biasa dan linier, persoalan-persoalan tadi akan sulit
diselesaikan. Sementara sistem yang
tersedia banyak yang disfungsional sampai impotent. Dunia memerlukan orang-orang edan untuk
menjadi agen perubahan yang menggunakan model bisnis baru dan mempercepat
perubahan sosial. Tentu saja bukan
sembarang orang edan, mereka adalah para Sosial Enterpreuner, sebuah istilah
yang dipopulerkan oleh Klaus Schwab pendiri Schwab Foundation for Social
Enterpreneurship (SFSE) dan pengagas World Economic Forum.
Demikian halnya di
bidang pemasaran, hanya mereka yang mampu sebagai menjadi agen perubahan yang
akan bertahan atau bahkan mampu mengembangkan berbagai aspek pemasaran menjadi
penjualan yang menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Tanpa keberanian tampil beda maka strategi
pemasaran yang diterapkan hanya akan menjadi beban para penjual untuk mencapai
target yang dietapkan. Sebagai
akibatnya, pendapat Peter F. Drucker bahwa pemasaran dan penjualan dapat saling
bertolak-belakang dapat terjadi.
Pengejawantahan kegilaan
dalam bentuk keberanian tampil beda telah diterapkan TOYOTA dan terbukti
merupakan kunci sukses perusahaan Jepang ini menguasai pasar otomotif dunia,
menggilas raksasa tua GENERAL MOTORS.
3.3.3.
Berani Tampil Beda
Ketika Toyota membukukan
pejualannya pada angka 2,35 juta unit mobil di seluruh dunia pada kuartal
pertama tahun 2007, dunia terperangah.
Angka tertinggi yang mampu melibas kedigjayaan General Motors pada saat
yang sama. Majalah Fortue edisi Februari
2006 memujinya, “Toyota is becoming a double threat : the world”s finest
manufacturer and the truly great innovator ... that formula, a combination of
production powers and technical innovation, is is unbeatable recipe for success
....”
Goni, R (2008) mengutip
tulisan Osono, E, et. al. Yang berjudul Extreme Toyota, Radical Contradictions
that Drive Success at the World’s Best Manufacturer, menjelaskan bahwa di mata
pengamat industri, keberhasilan Toyota sangat sulit dimengerti. Dengan menggunakan ukuran apa saja, Toyota
menjadi model dari keinerja yang ekstrem diantara produsen mobil dunia. Perusahaan ini dikenal sangat menguntungkan,
dan sangat kuat dalam engineering, punya daya tahan lama dan dapat diandalkan.
Perusahaan ini dikenal
sangat kontraindikatif, dii satu sisi dikenal sangat hemat di sisi lain malah
berlebihan pengeluarannya untuk keperluan yang berkaitan dengan karyawan dan
proyek. Secara operasional sangat
efisien tetapi berlebihan dalam pengelolaan sumberdaya manusia.
Perusahaan ini juga
dikenal mengolah dua lingkungan yang berbeda, stabilitas dan paranoid, dalam
waktu yang bersamaan. Di satu sisi
menuntut komunikasi yang sederhana tetapi malah mengembangkan jaringan
komunikasi yang berlapis-lapis.
Bahkan dimata para
manajer profesional, keberhasilan Toyota merupakan misteri yang palsu. Sementara memperlihatkan brbagai keberhasilan
berdasarkan berbagai ukuran konvensional seperti profit, pertumbuhan
pendapatan, keunggulan dalam biaya, tetapi di sisi lain ada banyak hal yang
tidak dimiliki oleh Toyota, sebagai layaknya perusahaan besar yang sukses
secara global.
Di satu sisi kelihatan
sebagai perusahaan yang gagal atau stagnan, tidak mempunyai strategi bisnis
yang jelas, ingin mencoba melakukan apa saja.
Toyota membayar deviden dengan rendah, sementara menimbun uang yang menganggur.
Manajemennya homogen,
berbeda dengan perusahaan global lain yang lebih beragam. Toyota mempunyai budaya up-and-in, berbeda
dari budaya up-and-out, dimana karyawan mempunyai jenjang yang jelas untuk naik
atau keluar dari perusahaan. Keluarga
pendiri Toyota hanya memiliki 2 prosen saham perusahaan tetapi mempunyai
pengaruh yang kuat dalam hal pengambilankeputusan penting.
Sungguh kesemuanya
merupakan tindakan kontraindikatif yang ternyata mampu mengantar Toyota
menguasai pangsa pasar dunia. Kekuatan
kotra indikatif mendorong Toyota menjadi ekstrem, ketidakseimbangan dimana
kontraindikasi radikal itu hidup secara berdampingan, menarik dari zona nyaman,
menciptakan ketegangan yang sehat dan ketidakstabilan dalam organisasi. Ketegangan ini justeru dijadikan sebagai
katalisastor untuk terus maju dan menemukan berbagai solusi baru yang mengatasi
kontraindikasi.
Para peneliti dari
Sekolah Bisnis Hitotsubashi University ICS Tokyo itu merangkum berbagai
tindakan kontraindikatif yang dilakukan Toyota menjadi 6 (enam), yaitu :
a. Bergerak secara bertahap dan juga melakukan
berbagai langkah besar.
b. Mengubah sikap ugahari sementara menjadi big
spender.
c. Operasional yang efisien sekaligus
berlebihan.
d. Menciptakan stabilitas dan pola pikir
paranoid.
e. Menghargai birokrasi dan kebebasan
berpendapat.
f. Mempertahankan komunikasi yang sederhana dan
kompleks.
Kunci keberhasilan
Toyota ternyata adanya keberanian tampil beda, berlainan dari pandangan umum
yang lebih menyukai kesegaraman daripada keberagaman. Akio Matsubara, Direktur Pengelola Senior
Manajemenr Sumberdaya Manusianya mengungkapkan, “Kami selalu berhadapan dengan
dua hal yang berbeda, kadang malah tiga hal berbeda dan mungkin bisa
lebih. Beginilah cara kami dengan
sengaja memperkenalkan sebuah tingkatan ketegangan yang positif ke dalam tempat
kerja secara reguler. Setiap unit dalam
organisasi menghindari setiap jenis kompromi, dan kami mendesak agar keluar
lintas unit. Inilah proses yang membuat
kami selalu tampil dengan solusi terbaik.”
Tentu saja mengelola kontraindikasi
sebagaimana diterapkan Toyota bukan sesuatu yang mudah, apalagi untuk
ditiru. Tetapi dapat dijadikan bahan
referensi untuk diadaptasi yang disesuaikan dengan kondisi internal dan
eksternal perusahaan. Keberhasilan
Toyota tidak akan terulang di perusahaan lain yang menjiplaknya tetapi akan
mengantar keberhasilan jika dimodifikasi sesuai dengan berbagai potensi yang
tersdia.
Untuk memudahkan, para
profesor itu merokemndasikan 3 (tiga) hal yang dapat dilakukan dalam mengadopsi
langkah sukses Toyota, yaitu :
a. Rangkulan kontradiksi sebagai way of life.
b. Kembangkan rutinitas yang perlu untuk
mengatasi berbagai kontraindikasi tersebut.
c. Membiasakan semua karyawan dan mitra luar
datang dengan solusi.
Toyota dengan
pengelolaannya berbagai kontraindikasinya ternyata menjadikan industri mobil
Jepang ini menguasai dunia, bahkan menjadi mobil yang banyak dipakai di
produsen mobil dunia itu sendiri, Amerika Serikat.
Keberhasilan Toyota ini
sebenarnya tidak lepas dari adanya unsur pemasaran yang melekat dalam setiap
divisi dan individu yang terlibat di dalamnya atau bahkan melekat pada produk
yang dihasilkan. Keterpaduan gerak
promosi diri inilah yang akhirnya mampu menggerakan hati masyarakat dunia untuk
berubah, tidak lagi meremehkan mobil Jepang.
Bukan hanya menggunakannya tetapi juga menjadi bagian dari prestise
tersendiri.
Toyota telah membuktikan
diri kebenaran asumsi Seth Godin tentang Purple Cow, sapi ungu yang berbeda
dengan sapi lain yang coklat, hitam, atau variasi belang sekalipun. Warna ungu ini akan dikenang oleh siapa pun
yang pernah melihatnya langsung atau bahkan hanya tahu dari media sekalipun.
BAB IV
P E N U T U P
4.1. Kesimpulan
Akibat
ulah manusia, baik atau buruk dunia terus berubah. Ketika perubahan ini terjadi maka akan
terjadi berbagai kemungkinan termasuk diantaranya tergilasnya mereka yang tidak
dapat menyesuaikan dengan perubahan.
Strategi pemasaran juga termasuk diantara yang harus terus berubah kalau
tidak ingin terseret jauh ke dalam aus perubahan yang selalu menggelora.
Diperlukan
adanya agen perubahan yang dapat memanfaatkan ancaman perubahan menjadi
potensi. Kemungkinan pada mulanya mereka
disebut “wong edan” , cacian yang seimbang dengan pujian ketika mereka ternyata
berhasil mengubah dunia.
Pengejawantahan
kegilaan dalam bentuk yang konkrit adalah keberanian tampil beda. Berbeda dari yang umumnya dilakukan
perusahaan lain yang cenderung homogen.
Toyota adalah salah satu perusahaan yang berani tampil beda dan ternyata
berhasil menguasai pangsa pasar mobil dunia.
4.2. Saran
Khusus
kasus di Indonesia, perlu adanya kejelasan makna dan penggunaan istilah
pemasaran (marketing) dan penjualan (sales) karena penggunaannya saat ini
snagat rancu. Bukan tidak mungkin akan
menghalangi kemajuan pengembangan ilmu bidang pemasaran itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, T. 2009. Wong Edan Pengubah Dunia. Majalah SWA Edisi 03/XXV/5-18 Februari 2009.
Blumenthal, L. 1961.
Great Sales by Today’s Great Salesman.
Collier Books. New
York.
Bly. R. W. 2004.
Fool Proof Marketing, 15 Metode Efektif untuk Menjual Produk atau Jasa
Apapun (Fool Proof Marketing, 15 Winning Methodes for Selling ANY Product or
Service in ANY Economy, terjemahan : Lanasier, E. V). Erlangga.
Jakarta.
Cohen, W. A. 2008. A Class
with Drucker, Pelajaran Berharga dari Guru Manajemen # 1 Dunia (A Class
with Drucker, terjemahan Bazry, S).
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Djwee, T. K. 1964.
Marketing, Prinsip-prinsip Dasar untuk Membuka atau Memperluas
Perusahaan Anda. PN Fadjar Bhakti. Bandung.
Drucker, F. P. dan Maciariello, J. P.
2008. The Daily Drucker, 366 Hari Wawasan dan Motivasi untuk
Menyelesaikan Hal-hal yang Benar (Tge Daily Drucker, 366 Days of Insight and
Motivation for Getting the Right Things Done, terjemahan Sihandrini, N.
R.). Elex Madia Komputindo. Jakarta.
Godin, S. 2007.
Purple Cow, “P” Terbaru dalam Pemasaran (Purple Cow, terjemahan : Lo, C).
PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Goni, R. 2008.
Kontradiksi Radikal Membuka Kunci Sukses Toyota. Majalah SWA Edisi 21/XXIV/9-22 Oktober 2008.
Kasali, R. 2007.
Re-Code, Your Change DNA. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lestari, E. 2008.
Menjaga Keberhasilan Eksekusi Strategi.
Majalah SWA Edisi 12/XXIV/12-25 Juni 2008.
Munir, N. 2008.
Tujuh Kebiasaan Buruk Perusahaan Sukses.
Majalah SWA Edisi 15/XXIV/17-27 Juli 2008.
Waringin, T. D. 2005.
Financial Revolution. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Waringin, T. D. 2008. Marketing
Revolution. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Welch, J. and Byrne, J. A.
2006. Jack, Straight from the
Gut, Belajar Bisnis Langsung dari Sang Master (Jack, Straight from the Gut,
terjemahan : Utomo, T. W). BACA.
Yogyakarta.
Wright, J. 2007. Blog Marketing, Cara Baru yang Revolusioner
untuk Meningkatkan Penjualan, Membangun Merek Anda dan Mendapat Hasil yang Luar
Biasa (Blog Marketing, The Revolutionary New Way to Increase Sales, Buld Your
Brand and Get Exeptional Result, terjemahan :
Setiawan, D). PT Media Elex
Komputindo. Jakarta.
Yuswohady. 2009.
Horizontal Marketing. Majalah SWA
Edisi 05/XXV/5-18 Maret 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar